Sydney, Gontornews — Pemuka Islam dari Australia dan Selandia Baru berencana mengunjungi Samoa untuk lebih memperkenalkan Islam di wilayah tersebut. Hal ini dilakukan menyusul pernyataan pemuka Kristen dan politisi Samoa yang melarang masuknya Islam di wilayah Pasifik Selatan tersebut.
“Kita perlu menanggapi dengan mengajak orang bersama-sama dalam proyek yang nyata di tingkat yang sangat lokal, sehingga semua orang bisa terlibat,” ujar Aarif Rasheed, seperti dilansir situs Australia Plus.
Kepulauan Samoa memang didominasi oleh kelompok Kristen. Dari sekitar 200 ribu penduduk Pulau Samoa, hanya 0,03 persen saja yang beragama Islam. Sisanya, hampir semua orang Kristen.
Kepala Al-Ghazzali Centre for Islamic Sciences & Human Development di Sydney, Afroz Ali, mengatakan, 98 persen warga Samoa adalah Kristen dan debat soal ini telah membuat khawatir umat Muslim, yang menjadi minoritas di Samoa.
“Tentunya (saya) terkejut karena saya tahu warga Kepulauan Pasifik bisa lebih baik dari itu, mereka cinta perdamaian dan bahkan suka menolong,” ujarnya.
“Jadi benar-benar menimbulkan pertanyaan bagi saya mengapa bisa terjadi di Samoa.”
Afroz berpendapat, pemahaman yang salah soal Islam disebabkan karena kesalahan pemberitaan media yang muncul secara konsisten. Hal ini membuat kekhawatiran di kalangan warga Samoa.
Padahal ketika berbicara dengan warga, orang-orang yang baik di Samoa sangat mengerti soal Islam dan paham benar jika Islam adalah bagian dari agama Ibrahim.
Ia berharap kunjungan kali ini bisa menghilangkan ketakutan soal Islam.
“Saya berharap partisipan bisa mendapatkan pandangan lain yang bisa disampaikan kepada media di sana, warga juga bisa mendengarkan cerita yang lain untuk kemudian menghilangkan ketakutan soal Islam yang disampaikan lewat informasi yang salah di media-media,” paparnya.
Sebelumnya, pemimpin Gereja Kristen di Samoa menyerukan pemerintah setempat untuk melarang umat Islam masuk ke wilayah pasifik. Pernyataan ini disampaikan Pendeta Ma’auga Motu, Sekretaris Jenderal Samoa Council of Churches.
Motu juga tidak keberatan dengan pernyataan Donald Trump yang menyarankan untuk melarang Muslim memasuki Amerika Serikat.
“Agama ini (Islam) merupakan ancaman masa depan negara,†katanya.
Sikap yang sama juga ditunjukkan Perdana Menteri Samoa, Tuilaepa Sailele Malielegaoi yang baru-baru ini menyerukan untuk melakukan peninjauan kembali terhadap kebebasan beragama di wilayah tersebut. Dia menginginkan agar hukum konstitusi Samoa berubah menjadi lebih dekat kepada Kristen. [Ahmad Muhajir/Rus]