Colorado, Gontornews – Sebuah penelitian terbaru menunjukkan, hewan ternak yang diberi makanan berantibiotik menghasilkan gas metana lebih banyak ketimbang hewan ternak yang diberi makanan tanpa campuran antibiotik. Gas metana sendiri merupakan satu dari sekian penyebab meningkatnya emisi gas rumah kaca di bumi.
“Ini adalah penelitian pertama yang kami terbitkan untuk memperingatkan (masyarakat) bahwa antibiotik dapat meningkatkan kandungan metana di bumi,†sebut Tobin Hammer dari Universitas Colorado, Amerika Serikat.
Tetrasiklin sendiri merupakan antibiotik yang banyak digunakan sebagian besar masyarakat dunia. Antibiotik jenis ini dianggap mampu mengobati infeksi yang disebabkan bakteri seperti infeksi kulit, pernapasan, THT, saluran kemih, saluran pencernaan hingga pembedahan pada hewan ternak.
Penelitian yang diterbitkan oleh Royal Society’s Proccedings B tersebut menjelaskan, meningkatnya emisi gas rumah kaca oleh tetrasiklin terjadi karena keseimbangan mikroba pada usus hewan ternak terganggu.
“Kami berpikir (hal tersebut) terjadi karena persaingan masuknya mikroba dalam usus terganggu akibat masuknya antibiotik tersebut,†jelas Hammer sebagaimana dilansir ABC News.
Hammer mengingatkan, jika hipotesa yang diperolehnya benar maka penggunaan antibiotik untuk ternak perlu dikendalikan karena dikhawatirkan dapat meningkatkan emisi gas rumah kaca yang berasal dari kotoran hewan.
“Jika efek ini terjadi saat (hewan ternak) bersendawa, saya pikir dampaknya akan semakin memperihatinkan,†tambah Hammer. Selama ini, kandang hewan ternak merupakan sumber metana utama yang dihasilkan dari hewan.
Penelitian yang dilakukan oleh Hammer dan kolega ini berusaha untuk membandingkan kotoran ternak yang diberi makan dengan kandungan tetrasiklin dengan yang tidak. Setelahnya, penelitian dilanjutkan dengan mengukur jumlah metana, nitrogen oksida dan karbon dioksida yang dihasilkan dari kotoran hewan.
Dengan masuknya antibiotik dalam tubuh hewan telah menyebabkan perubahan radikal dari kotoran ternak serta peningkatan emisi gas metana di dalamnya.
“Peningkatan dari arkaea penghasil metana meningkat seiring dengan masuknya antibiotik. Itulah yang mungkin menyebabkan kandungan emisi metana meningkat dengan tajam,†jelas Hammer.
Penelitian ini juga melihat dampak antibiotik terhadap aktivitas kumbang kotoran. Kumbang kotoran memainkan peran penting dalam produksi pupuk, daur ulang, mengurangi emisi metana oleh proses oksidasi kotoran serta mengurangi jumlah arkaea anaerobik.
Kumbang jenis ini memakan kotoran dari ternak dan mengubahnya menjadi mikrobiota. Meski demikian, aktivitas kumbang ini belum cukup untuk mengimbangi peningkatan metana yang disebabkan oleh antibiotik.
“Kabar buruknya, antibiotik masih meningkatkan emisi metana terlepas dari ada atau tidaknya kumbang kotoran,†kata Hammer. [Mohamad Deny Irawan/Rus]