Jakarta, Gontornews — Umamah binti Abu al-Ash merupakan salah seorang cucu kesayangan Nabi Muhammad SAW. Umamah merupakan putri dari Abu al-Ash bin ar-Rabi’ bin Abdu al-Uzza bin Abdu asy-Syams bin Abdu Manaf bin Qushay. Ibunya adalah Zainab putri Rasulullah SAW.
Sebagaimana dikutip dari pernyataan Bachtiyar Mj, narasumber sirah di Spirit Nabawiyah Community, Umamah adalah cucu pertama Rasulullah SAW. Sehingga wajar ia disebut sebagai kesayangan Nabi SAW. Sebagaimana umumnya seorang kakek mendapatkan cucu pertama.
Sementara ayahnya, Abu al-Ash, adalah seorang laki-laki Mekkah yang dikenal memiliki akhlak mulia. Ia juga digelari al-Amin (yang jujur dan terpercaya) oleh penduduk Mekkah. Seorang pedagang yang jujur dan selalu menunaikan hak-hak orang lain.
Lalu mengapa nama Umamah tidak begitu dikenali? Bisa jadi karena Rasulullah SAW sempat terpisah cukup lama dengan cucunya ini. Saat Zainab belum menyusul Hijrah dan masih berada di Mekkah bersama suaminya yang saat itu belum masuk Islam.
Ada kisah lain yang menunjukkan bagaimana Rasulullah SAW sangat mencintai Umamah. Diriwayatkan dari Ummul Mukminin Aisyah RA bahwasanya Rasulullah SAW pernah diberikan sebuah kalung oleh seorang perempuan. Beliau bersabda, “Aku akan memberikan hadiah ini kepada keluargaku yang paling aku cintai.” Aisyah pun pergi bersamanya. Kemudian Rasulullah SAW memanggil Umamah putri Zainab, dan mengalungkan hadiah itu di lehernya. (Al-Isti’ab fi Ma’rifati al-Ash-hab 4/1789, HR Ahmad dalam musnadnya).
Padahal ketika Rasulullah SAW menyampaikan hadis tersebut di hadapan para istri beliau, mereka (para istri) semua berharap mendapatkan kalung itu sebagai tanda keluarga yang paling dicintai Rasulullah SAW. Namun ternyata kalung itu akhirnya diberikan kepada sang cucu tercinta yakni Umamah.
Umamah dikenal cerdas, lembut, dan keibuan. Kematangan pribadi itu tak terlepas dari asuhan langsung sang kakek, Muhammad SAW. Semasa kecil, tak segan Rasulullah menggendong dan membawa cucu kesayangannya ini di berbagai kesempatan. Rasul pun pernah keluar bersama sang cucu perempuannya lalu menggendong dan mengasuhnya sendiri sembari bercengkerama dengan para sahabat.
Demikian juga kala shalat. Tubuh mungil Umamah, tak terlepas begitu saja dari dekapan sang kakek. Sikap Rasulullah itu membuat heran masyarakat Arab. Tradisi yang berlaku di mereka, mengasuh dan menyentuh anak perempuan tabu.
Tampaknya apa yang dilakukan Rasulullah SAW ingin menunjukkan bahwa ‘anak perempuan juga memiliki hak dan martabat yang sama dengan anak laki-laki’. Para putri itu juga berhak atas kasih sayang orang tua, kakek-nenek, dan lingkungannya.
Kala dewasa, ia dipinang oleh Ali bin Abi Thalib. Peristiwa itu berlangsung saat Umar bin Khattab menjabat sebagai khalifah. Az Zubair menikahkan kedua pasangan itu. Sebagian riwayat menyebut keputusan Ali ini menyusul wasiat Fatimah Az Zahra sebelum wafat. Fatimah binti Rasulullah (bibi Umamah) berwasiat agar Ali bin Abu Thalib menikahi Umamah sepeninggal Fatimah.
Lalu setelah Ali bin Abu Thalib meninggal dunia, Umamah lantas dinikahkan dengan Al Mughirah bin Naufal Al Harits, sahabat Ali, sebagaimana wasiat yang disampaikan Ali sebelum kepergiannya. Umamah binti Abu al-Ash pun wafat dengan menyandang status sebagai istri al-Mughirah bin Naufal.
“Dan referensi-referensi sejarah tidak menyebutkan detail tentang wafatnya. Dalam kitab Siyar A’lam An-Nubala’ disebutkan bahwa beliau wafat pada masa khalifah Muawiyah bin Abu Sufyan,” tutup Bachtiyar Mj. [Edithya Miranti]