Washington, Gontornews — Badan PBB untuk pendanaan anak-anak, UNICEF, Rabu (9/3/2022), mengatakan lebih dari 1 juta anak meninggalkan Ukraina ke negara-negara tetangga pasca invasi Rusia 24 Februari 2022 lalu. Direktur Eksekutif UNICEF, Catherine Russell, juga memaparkan sedikit 37 anak tewas sementara 50 lainnya luka-luka.
Russel mengatakan bahwa laporan serangan terhadap rumah sakit anak-anak di Mariupol, Ukraina mengerikan. Pejabat Ukraina mengatakan serangan udara Rusia telah mengubur pasien di bawah puing-puing sekalipun ada gencatan senjata yang disepakati.
“Serangan ini, jika dikonfirmasi, menggarisbawahi jatuhnya korban jiwa yang ditimbulkan perang bagi anak-anak dan keluarga di Ukraina,” ungkap Rusell sebagaimana dilansir Reuters.
“Serangan ini, jika dikonfirmasi, menggarisbawahi korban mengerikan yang ditimbulkan perang ini pada anak-anak dan keluarga Ukraina,” sambung Russell.
Pemboman terjadi di Mariupol meskipun kedua negara berhasil menyepakati gencatan senjata. Dewan kota Mariupol mengatakan rumah sakit itu di wilayahnya, beberapa kali, terkena serangan udara. Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov mengatakan pasukan Rusia tidak melakukan penembakan ke masyarakat sipil.
Lebih dari 2 juta orang telah meninggalkan Ukraina sejak Presiden Rusia, Vladimir Putin, memerintahkan invasi “operasi militer khusus” pada 24 Februari. Presiden Putin menjelaskan bahwa operasi ini berupaya untuk melucuti senjata dan pemimpin yang ia sebut sebagai “neo-Nazi”.
Sebagian besar warga Ukraina yang melarikan diri adalah wanita dan anak-anak karena setiap pria Ukraina wajib meninggalkan rumah untuk berperang..
Perang telah membuat Rusia terkucil secara ekonomi serta menuai kecaman secara global. Amerika Serikat, Selasa (8/3/2022), melarang impor minyak dari Rusia, sementara perusahaan-perusahaan Barat dengan cepat menarik diri dari pasar Rusia. [Mohamad Deny Irawan]