Sao Paolo, Gontornews — Kebijakan penguncian wilayah atau lockdown guna membendung penyebaran COVID-19 di Brazil menuai pro dan kontra. Alhasil, tingkat kepatuhan warga untuk tetap tinggal di rumah dan tidak beraktivitas di luar rumah hanya mencapai 70 persen saja.
Sebagaimana diketahui, Presiden Brazil, Jair Bolsonaro, mengkritik kebijakan penguncian wilayah yang ditetapkan Pemerintah negara bagian di Rio De Jaeiro dan Sao Paolo. Ketimbang mewaspadai penyebaran COVID-19, Bolsonaro menganggap penguncian wilayah berpotensi merusak tatanan ekonomi warga.
Namun, kebijakan ini tidak diikuti dengan kebijakan serupa di dua wilayah terbesar di Brazil tersebut. Pemerintah negara bagian berusaha untuk menjaga warganya agar mematuhi aturan jarak sosial atau social-distancing. Namun, perbedaan pendapat antara pusat dan negara bagian membuat angka kepatuhan warga turun drastis.
Data statistik yang dihimpun John Hopkins University melansir kasus infeksi COVID-19 di Brazil mencapai 17.857 kasus dengan 941 pasien dikabarkan meninggal dunia.
“Isolasi sosial membuat (aktivitas warga) turun siginifikan dalam dua-tiga hari terakhir. Dan ini tentu membuat tantangan kami memberat,” ungkap Sekretaris Negara Brazil, Patiricia Ellen.
“Kami prihatin,” tambahnya sebagaimana dilansir Reuters.
Pada Rabu (8/4), Pemerintah Sao Paolo melaporkan bahwa warga yang mengikuti aturan tetap di rumah hanya 49 persen. Sementara Gubernur Sao Paolo, Joao Doria menargetkan angka kepatuhan jarak sosial warganya di angka 70 persen.
Pekan ini, transportasi umum di Rio melaporkan peningkatan jumlah penumpang pada Senin-Selasa atau tertinggi sejak penguncian wilayah diberlakukan 23 Maret lalu. Hal ini juga berlaku dengan alat transportasi seperti kereta, bus maupun taksi.
“Orang-orang menjadi sedikit lebih santai (mengenai penguncian wilayah),” pungkas Luciano Ventura de Jesus, sopir taksi di Sao Paolo. [Mohamad Deny Irawan]