Jakarta, Gontornews — Tsunami di sekitar Selat Sunda terjadi berselang hampir tiga bulan setelah tsunami Palu. Tercatat ada 177 kejadian tsunami yang menerjang Indonesia sejak 1629.
“Kalau kita melihat wilayah Indonesia yang rawan tsunami seperti ini dari tahun 1629 sampai dengan sekarang tercatat 177 kejadian bencana besar dan kecil,” kata Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam konferensi pers di kantornya, Jl Pramuka Raya, Jakarta Timur, Rabu (26/12/2018).
Dia mengatakan tsunami paling sering dipicu aktivitas gempa tektonik dibanding longsor laut dan erupsi gunung api. Sutopo mengatakan saat ini Indonesia baru punya alat pendeteksi tsunami yang dipicu gempa tektonik.
“Sistem peringatan dini untuk tsunami yang dibangkitkan oleh longsor bawah laut dan gunung api kita belum memiliki, yang kita miliki adalah Indonesia tsunami early warning system yang dioperasionalkan BMKG, yaitu tsunami yang dibangkitkan oleh aktivitas tektonik,” ucap dia.
Berdasarkan catatan yang ada, wilayah timur Indonesia lebih rawan dilanda tsunami. Sutopo mengatakan upaya mitigasi bencana mesti dikuatkan lagi.
Sutopo mengatakan tercatat warga yang rawan terdampak gempa sebanyak 148 juta jiwa. Sedangkan warga pinggir pantai yang rawan terdampak tsunami sebanyak 3,8 juta jiwa. Jumlah orang yang terdampak bisa lebih besar karena wilayah pesisir pantai sering didatangi wisatawan.
“Bayangkan dari penduduk Indonesia saat ini, 265 juta jiwa mereka yang tinggal di daerah rawan gempa 148,4 juta jiwa. Sementara masyarakat yang tinggal di pantai, pantai-pantai yang rawan daripada tsunami sebanyak 3,8 juta jiwa,” tuturnya. [Fathurroji]