California, Gontornews — Serangan teroris yang terjadi pada Desember 2015 di San Bernardino, California, membuat sebagian warga Amerika berpandangan negative tentang Islam. Sikap sinis tersebut juga ditujukan kepada keluarga Zarifeh Shalabi yang tinggal beberapa mil dari tempat serangan teroris yang menewaskan 14 orang tersebut.
Sebagai keluarga Muslim, Zarifah sehari-harinya menggunakan jilbab. Namun pandangan buruk tentang Islam membuat mereka khawatir tentang reaksi anti-Muslim di negeri Paman Sam tersebut.
“Kami lebih takut bahwa seseorang akan menyakiti kami,” kata Zarifeh seperti dilansir Newyorktimes (19/5).
Namun bulan ini gadis berusia 17 tahun ini mendapatkan hasil dari perlawanan rasa takutnya. Zariefah dinobatkan sebagai ratu prom atas kampanye penggunaan jilbab dan aksi solidaritas Muslimah di Amerika Serikat.
“Kami melihatnya sebagai kesempatan untuk melakukan sesuatu yang baik, untuk mewakili sesuatu yang baik,” kata seorang teman, Sarahi Sanchez, yang seperti Zarifeh adalah salah satu dari beberapa mentor selusin rekan di Summit SMA. “Ini adalah cara untuk membuktikan kita tidak memiliki masalah dengan intimidasi atau rasisme.”
Zarifah membuktikan bahwa tidak perlu ada yang dikhawatirkan dari seorang Muslimah. Gadis yang masih duduk di bangku SMA ini membuktikannya dengan selalu tampil berjilbab di sekolah, berbelanja atau aktivitas harian lainnya.
“Mereka tidak melihat saya sebagai ancaman. Mereka melihat saya sebagai teman,” tuturnya.
Tak hanya bangga dengan jilbabnya, Zarifeh juga membatasi bersosialisasi dengan anak laki-laki sebagai salah satu ajaran yang harus dijalankan, menolak undangan ke pesta dan acara menginap dan tidak pernah menghadiri pesta dansa.
Aksinya ini pun mendapat dukungan dari kawannya pada pemilihan prom queen. “Kami melihatnya sebagai kesempatan untuk melakukan sesuatu yang baik, untuk mewakili sesuatu yang baik,” tutur Sarahi Sanchez, salah satu kawannya.
Zarifah dianggap layak untuk mewakili sekolahnya karena selalu tampil menggunakan busana penutup kepala tersebut. Gadis yang setiap pekan mengajar mengaji di Masjid Ar-Rahman ini mendapat dukungan luar biasa dari orang-orang sekitarnya.
Sehingga kebencian orang terhadap Islam di Amerika sedikit luntur karena peranannya. “Orang-orang di sana bangga, karena yang dilakukan sesuatu yang menarik, sesuatu yang berbeda,” kata seorang temannya lagi. [Ahmad Muhajir/DJ]