Bogor, Gontornews — Dewan Pengurus Dewan Dakwah Risalah (DDR) menggelar webinar “Peran Pendidikan Islam dalam Membangun Peradaban”, Sabtu (11/12/2021). Seminar daring (online) via Zoom Meeting ini menghadirkan narasumber Dr. Adian Husaini, ketua umum Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia.
Ketua Umum Dewan Pengurus DDR Dr. HM. Emnis Anwar, Lc, MA menyebutkan, webinar ini merupakan sesi kedua dari Webinar “Kajian Paradigma Pemikiran Islam” (KPPI) yang diselenggarakan oleh DDR. “Sesi pertama sudah kita gelar pekan lalu dengan menghadirkan pakar pemikiran Islam Dr Syamsuddin Arif, MA yang juga dosen Pascasarjana Universitas Darussalam (UNIDA) Gontor,” ujarnya dalam pembukaan webinar.
Emnis menyebutkan, Webinar KPPI akan digelar sebanyak empat sesi di bulan Desember 2021 setiap hari Sabtu malam. “Kajian Paradigma Pemikiran Islam ini perlu diikuti oleh umat Islam, khususnya generasi muda, anak-anak kita, mahasiswa, dan para santri agar kita bisa memahami ajaran Islam secara benar,” papar alumnus Pondok Modern Darussalam Gontor itu.
Menurut Emnis, materi Islamic Worldview perlu diketahui agar kita bisa memahami ajaran Islam secara utuh (kaffah) agar terhindar dari arus pemikiran luar yang menyimpang yang dikatakan sebagai pemikiran modern atau maju itu. “Memahami Islam secara utuh itu merupakan kewajiban kita,” tandasnya.
Sementara itu Dr. Adian Husaini dalam pemaparannya menyebutkan, di antara peradaban-peradaban yang ada saat ini peradaban Islam merupakan peradaban terbaik. Peradaban Islam bahkan merupakan satu-satunya peradaban yang dalam sejarahnya pernah menaklukkan Barat, pernah mengalahkan Barat. Bahkan pernah menempatkan keselamatan Barat itu dalam keragu-raguan. Minimal sudah dua kali peradaban Islam mengalahkan peradaban Barat seperti yang pernah ditulis oleh Samuel P. Huntington dalam bukunya The Clash of Civilizations and Remaking of World Order. “Peradaban Islam merupakan peradaban terbaik dan sudah pernah terwujud,” papar Ustadz Adian.
Karena itu menurutnya, pendidikan Islam harus bisa melahirkan peradaban unggul yang pernah ada dalam sejarah. Untuk itu, pendidikan Islam harus bisa menanamkan adab atau akhlak mulia kepada anak didik. “Tanamkan adab sebelum ilmu-ilmu yang tinggi,” ujar pendiri Attaqwa College Depok itu.
Selain itu, pendidikan Islam harus mengutamakan ilmu-ilmu yang fardhu ‘ain, ilmu-ilmu yang wajib agar anak-anak selamat di dunia dan akhirat. “Tidak perlu pendidikan yang muluk-muluk tapi akidah tidak selamat, thaharah tidak benar, shalat tidak benar.” Jika hal itu sudah dilakukan, “Pilih ilmu fardhu kifayah yang tepat.”
Menurut Ustadz Adian, konsep ilmu itu harusnya mencetak ulama. Bukan mencetak tukang suntik, atau mencetak tukang kredit bank syairah. Bukan mencetak tukang. Tapi mencetak ulama yang mempunyai keahlian (skill) dokter, mencetak ulama yang mempunyai skill perbankan syariah, dan lain-lain.
Umat Islam, lanjut Adian, jangan salah konsep. Konsep universitas yang sekarang ada misalnya, sudah kehilangan makna karena sudah mencetak tukang. Tidak lagi mencerminkan asal katanya “kulliyyah”.
Menurutnya, pendidikan yang ada sekarang tidak lagi mencetak “al insan al kulli” atau manusia yang universal tapi “partial man”. Inilah salah satu tantangan pendidikan Islam. “Tantangan kita sekarang memang lebih berat dibanding dulu karena hegemoni sekuler kapitalistik,” kata sarjana alumni IPB itu.
Karena itu menurutnya, umat Islam harus membuat sendiri peta jalan (road map) pendidikan untuk 20 tahun ke depan. Bukan peta jalan pekerjaan, tapi peta jalan keilmuan. “Seluruh lembaga-lembaga pendidikan di Dewan Da’wah saya minta harus bisa menghasilkan pejuang atau dai. Kalau tidak, kita akan kalah,” ujarnya.
“Kalau kita hanya menghasilkan orang yang cari makan tapi tidak mempunyai cita-cita perjuangan, kita akan gagal,” tandas Ketua Program Studi Doktor Pendidikan Agama Islam, Sekolah Pascasarjana Universitas Ibn Khaldun (UIKA) Bogor itu. []