Ankara, Gontornews — Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengkritik negara-negara Barat yang mendukung percobaan kudeta15 Juli, yang menewaskan lebih dari 270 orang dan hampir 70.000 lainnya dipecat dari pekerjaannya.
“Barat mendukung terorisme dan mengambil posisi bersama komplotan kudeta,” kata Erdogan di depan para investor asing di ibukota Turki, Ankara, Selasa (2/8).
Dia mengulangi keluhannya, tidak ada pemimpin asing yang mengunjungi Turki setelah kudeta yang gagal itu. Sementara Prancis dan Belgia menerima kunjungan solidaritas setelah serangan di kedua negeri itu.
“Kami menganggap mereka adalah teman-teman yang berpihak dengan komplotan kudeta dan teroris,” tandasnya.
Pemerintah Turki mengatakan kudeta itu terjadi karena hasutan ulama Turki, Fethullah Gulen, mantan sekutu Erdogan yang tinggal di pengasingannya di Pennsylvania, AS. Turki telah menuntut ekstradisinya, tapi Washington telah meminta bukti keterlibatan Gulen.
Erdogan yang mengeluhkan permintaan bukti oleh AS, mengatakan, “Kami tidak meminta dokumen-dokumen teroris yang ingin Anda kembalikan.”
Menurut kantor berita Anadolu, Menteri Kehakiman Bekir Bozdag telah mengirimkan dokumen kedua untuk penangkapan Gulen kepada AS, Selasa (2/8).
Menteri mengatakan surat kedua menjelaskan mengapa Turki mendesak penangkapan Gulen.
“Mereka meminta informasi tertentu menyusul surat pertama kami, kami memberikan jawaban atas pertanyaan ‘mengapa (ekstradisi) itu mendesak’,” papar Bozdag dikutip Anadolu.
Kepada wartawan di parlemen, ia mengatakan intelijen Turki mengendus bahwa Gulen mungkin meninggalkan AS untuk menuju negara ketiga.
“Saya berharap Amerika Serikat mendukung Turki, sesuai dengan demokrasi dan hukum yang berlaku, dan menyerahkan Gulen kembali ke Turki,” tandasnya.
Menteri mengatakan, jika Gulen meninggalkan AS, itu sepengetahuan penuh Pemerintah AS. [Rusdiono Mukri]