Kairo, Gontornews — Presiden Mesir Abdel Fattah El-Sisi pada Rabu (23/9) mengadakan pembicaraan krisis Libya dengan Komandan Tentara Nasional Libya (LNA) Khalifa Haftar dan Ketua Parlemen Libya Aguila Saleh. Mereka membahas perkembangan terbaru konflik Libya.
Pertemuan di Kairo tersebut menyusul kunjungan mendadak Haftar dan Saleh ke ibukota Mesir pada hari Selasa (22/9), bertepatan dengan pidato El-Sisi di PBB. Dia mengatakan, Mesir akan campur tangan jika provinsi “garis merah” Sirte dan Jufra dilanggar.
Dalam diskusi di hadapan Abbas Kamel, kepala Badan Intelijen Umum Mesir (GIS), El-Sisi diberi pengarahan tentang upaya dari semua pihak untuk menerapkan gencatan senjata dan upaya Libya untuk memajukan proses perdamaian di bawah naungan PBB.
Menurut laporan media yang dirilis Arabnews.com, Haftar, Saleh, dan pejabat Mesir akan meninjau masalah militer dan kemajuan inisiatif politik.
Kunjungan tersebut dilakukan dalam rangka koordinasi dan pembicaraan konsultasi mengenai sejumlah isu, terutama perang melawan terorisme, dan upaya Mesir untuk menengahi keamanan dan stabilitas di Libya melalui dialog politik. Inisiatif Libya yang berlangsung di Jenewa dan Maroko, seperti mengadakan pemilihan umum dan membentuk pemerintahan baru, juga kemungkinan besar akan menjadi agenda.
Pada bulan Juni, Haftar dan Saleh bertemu dengan presiden Mesir dan mengumumkan Deklarasi Kairo untuk gencatan senjata dan resolusi terhadap krisis politik di Libya. Sumber mengatakan kunjungan terakhir mereka ialah untuk mengklarifikasi posisi Kairo dengan pihak internasional dan Libya, membahas solusi komprehensif untuk krisis Libya melalui perjanjian internasional, dan memuluskan kesalahpahaman.
Perjalanan tak terjadwal itu karena perkembangan terakhir di Libya dan niat Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) untuk membentuk tentara di Libya, sumber tersebut menambahkan.
Salah Al-Nimroush, menteri pertahanan GNA yang dipimpin oleh Fayez Al-Sarraj, telah mengumumkan dimulainya program untuk membangun dan mengembangkan pasukan pemerintahnya dengan bantuan Turki.
Dia juga mengatakan bahwa pusat pelatihan militer telah didirikan di pinggiran ibukota Libya dengan prioritas membangun tentara, menurut standar internasional, dengan pasukan pendukung yang berpartisipasi dalam pertahanan Tripoli.
Selain keamanan, masalah minyak Libya juga dibahas dengan pihak berwenang Mesir.
Pekan lalu, tentara Libya mengumumkan persetujuannya untuk membuka kembali ladang minyak dan melanjutkan ekspor dengan syarat adanya jaminan untuk distribusi yang adil dari pendapatan minyak dan pencegahan penggunaannya untuk mendanai terorisme dan memicu korupsi.
Dalam pidatonya yang ditujukan kepada warga Libya, Haftar mengatakan bahwa Komando Umum Angkatan Darat tidak akan ragu memberikan konsesi selama itu untuk kepentingan rakyat Libya, dengan tujuan untuk mencegah memburuknya situasi ekonomi di negara itu. []