Jakarta, Gontornews -— Aksi Damai Umat Islam yang digelar 4 November 2016 menyisakan kesan tersendiri. Kesan ini dirasakan Pimpinan Pondok Pesantren Daarut Tauhid Bandung KH Abdullah Gymnastiar atau Aa Gym.
“Kenangan indah aksi damai 4/11, tak Akan pernah ternoda oleh provokator,” tulis Aa Gym dalam akun twitternya setelah aksi damai tersebut.
Ditengah lautan pendemo aksi damai menuntut Gubernur DKI Basuki T Purnama atau Ahok ditindak secara hukum, Aa Gym muncul di deretan masa paling belakang. Dai kondang asal Bandung ini datang bersama ribuan pasukan berseragam khusus slayer ungu bertuliskan Tim BRTT atau Tim Bersih-Rapih-Tertib-Teratur.
Kata Aa Gym, di dalam Masjid Istiqlal masih ada ladang amal yaitu membersihkan masjid.
“Maka diputuskan semua pasukan khususnya ikhwan (putra) kembali ke dalam masjid, merapikan,” serunya melalui alat pengeras suara TOA.
Setelah kondisi memungkinkan, Aa Gym memandu Tim BRTT untuk turun jalan membersihkan sampah-sampah yang terserak di jalanan. Pasukan Aa Gym yang membawa sapu, pengki dan alat bersih lainnya langsung bergerak menyusuri ruten jalan aksi damai dari Masjid Istiqlal menuju Istana Presiden. Mereka ada juga yang membawa poster bertuliskan “Islam Itu Indah, Islam Itu Damai, Islam Itu Bersih.”
Tak hanya ikut membersihkan sampah, pria yang sering tampil menggunakan surban di kepalanya ini berpesan bahwa sebetulnya keinginan masa aksi damai pada 4 November itu sederhana. Keadilan ditegakkan dan jadi pelajaran supaya tidak terulang lagi kasus penistaan agama karena hal ini membahayakan bangsa.
“Adil ditegakkan dan jadi pelajaran supaya tidak terulang lagi karena membahayakan,” papar dai yang sudah 17 tahun menggelar pengajiannya setiap Ahad kedua di Masjid Istiqlal ini.
Masa BRTT yang berasal dari Bandung dan Jakarta ini diperkirakan berjumlah sekira 1.500 orang. Selain menuntut penegakan hukum terhadap Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaya Purnama alias Ahok, aksi damai tersebut juga untuk mengawal fatwa MUI, agar pihak berwajib sungguh-sungguh menyelesaikan kasus ini dengan seadil-adilnya.
“Cukup satu ayat saja. Ayat Allah pemilik jagad semesta diremehkan maka dampaknya seperti ini,” ujarnya. [Ahmad Muhajir]