New Delhi, Gontornews — Pemerintah India mengonfirmasi peningkatan kasus COVID-19, Kamis (7/5), hingga lebih dari 50.000 kasus. Jika merujuk pada data statistik John Hopkins University, India mengonfirmasi 59.765 kasus dengan 1.986 kasus berujung kematian, Sabtu (9/5).
Menteri Kesehatan India, Harsh Vardhan, mengatakan negara bagian Mumbai akan menjadi perhatian khusus bagi pemerintah federal.
“Pemerintah siap membantu dengan segala cara yang memungkinkan segala bentuk penahanan yang diperlukan untuk mengelola situasi,” kata Vardhan sebagaimana dilansir Reuters.
Pemerintah menduga masifnya penyebaran virus COVID-19 di India terkait dengan rendahnya upaya pemerintah dalam menahan pergerakan masyarakat. Selain Mumbai, Pemerintah juga mencatat peningkatan masif kasus COVID-19 di pusat ekonomi lainnya di Ahmedabad.
Pekan ini, beberapa kegiatan ekonomi di daerah-daerah pedalaman India kembali beraktifitas. Pembukaan kegiatan ekonomi ini dilakukan menyusul ribuan warga yang kehilangan pekerjaan akibat penguncian wilayah selama berminggu-minggu di India. Tidak hanya kehilangan pekerjaan, ribun warga dikabarkan mengalami kekurangan makanan dan uang.
Namun, masifnya penyebaran COVID-19 di India telah meningkatkan tekanan bagi Perdana Menteri Narendra Modi untuk memperketat pembatasan.
Sejauh ini, India melaporkan rata-rata penambahan 2.800 kasus COVID-19 per hari dalam sepekan terakhir. Pada saat yang bersamaan, Cina justru melaporkan kasus satu digit dalam periode yang sama.
Pemerintah Federal melaporkan bahwa masa penguncian wilayah akan berakhir 17 Mei mendatang. akan tetapi, pemerintah negara bagian Telangana berencana untuk memperpanjang penguncian hingga 29 Mei mendatang.
“Rakyat yang telah meminta perpanjangan (masa penguncian),” kata Kepala Menteri K Chandrashekhar Rao.
India, bersama Amerika Serikat, Rusia dan Brasil merupakan negar besar yang belum mampu memperlambat laju infeksi baru. Shamika Ravi, Ex Anggota Dewan Penasihat Ekonomi Perdana Menteri, menyebut strategi pelambatan laju infeksi COVID-19 di India tidak efektif.
“Strategi mereka saat ini tidak efektif,” pungkas Shamika Ravi. [Mohamad Deny Irawan]