Tokyo, Gontornews—Ketua FGA Education Foundation Yetti Dalimi menekankan urgensi sekolah Islam bertaraf internasional di Jepang. Menurutnya, Muslim di Jepang mengalami suatu masalah serius yang diistilahkannya “the lost generation”, yakni generasi muda yang sejak kelahirannya tumbuh dan besar di keluarga Muslim tapi makin jauh dari nilai-nilai Islam ketika mereka beranjak dewasa.
Untuk itulah pihaknya mendirikan sekolah Islam bertaraf internasional ; International Islamic School (YUAI-IIS) di Tokyo Jepang. Sekolah ini bertujuan untuk memberikan layanan pendidikan anak-anak Muslim di Jepang agar tidak menjadi “the lost generation”, yang tumbuh dan besarnya makin jauh dari nilai-nilai Islam.
YUAI International Islamic School adalah satu-satunya sekolah internasional di Jepang yang mengintegrasikan Cambridge Curriculum, Islamic Curriculum, dan kurikulum Jepang. Sekolah ini hasil kolaborasi antara Islamic Center of Japan dan FGA Education Foundation yang diinisiasi orang Indonesia yang lama bergerak di bidang pendidikan Islam di Tokyo dan sekitarnya.
Peresmian YUAI dihadiri Ketua DPD RI Irman Gusman. Dalam sambutannya, Irman mengatakan, kehadiran YUAI International Islamic School diharapkan menjadi sekolah model di negara minoritas Muslim seperti Jepang.
“Mereka membutuhkan pendidikan yang memperkuat akidah dan menumbuhkan spirit yang dimiliki oleh Rasulullah, yakni spirit untuk menjadi manusia yang bermanfaat bagi orang lain,” ujarnya.
Menurutnya, kualitas pendidikan di Jepang memang tak perlu diragukan lagi. Pendidikan karakter di sekolah mereka juga well-established. “Tetapi, anak-anak Muslim kita membutuhkan lebih dari itu,” ujar Irman dalam sambutan peresmian YUAI International Islamic School (YUAI-IIS) di Tokyo, Sabtu (23/7) yang diansir laman dpdri.
Acara persemian YUAI juga dihadiri lebih dari 50 peserta, seperti perwakilan organisasi dan komunitas Muslim berbagai negara di Jepang, direktur perusahaan nasional Indonesia di Jepang, juga profesor dan akademisi universitas Jepang seperti Keio University. Para orang tua Muslim di Jepang juga antusias menghadiri acara ini.
Selain mengenai sekolah atau profil organisasi, acara launching dimeriahkan drama anak-anak Muslim berusia 4-13 tahun yang tumbuh dan besarnya di Jepang. Drama yang ditampilkan mengisahkan keseharian Miyasaka Azusa, seorang remaja putri Jepang yang berlari pulang ke rumah setiap jam makan siang agar dapat menunaikan shalat dzuhur. [Ahmad Muhajir/DJ]