Hebron, Gontornews — UNICEF memperingatkan Israel atas penggunaan kekuatan yang berlebihan, terutama dalam kaitannya dengan insiden di mana anak-anak Palestina ditembak mati.
Badan Dunia itu menyebutkan, 25 anak Palestina tewas dalam triwulan terakhir 2015 selama gelombang serangan anti-Israel.
Sementara jumlah anak-anak Palestina yang ditahan Israel menunjukkan jumlah tertinggi dalam tujuh tahun terakhir.
“Keprihatinan serius muncul mengenai penggunaan kekuatan yang berlebihan, terutama dalam kaitannya dengan insiden di mana anak-anak Palestina ditembak mati oleh pasukan keamanan Israel karena dicurigai hendak melakukan serangan atau menikam tentara Israel,” demikian Badan PBB yang mengurusi anak-anak seperti dikutip Al Jazeera, Ahad (15/5).
Laporan itu mengatakan lebih dari 1.300 anak Palestina terluka oleh serangan Israel. Hampir semuanya terjadi di Tepi Barat dan Yerusalem Timur. Sementara tiga anak Israel terluka di Tepi Barat dan Jerusalem Barat.
UNICEF menunjukkan contoh fakta, pada 25 Oktober d2015 di Hebron, Tepi Barat, seorang gadis Palestina berusia 17 tahun ditembak mati oleh IDF (Pasukan Pertahanan Israel). Setidaknya lima butir peluru menerjang tubuh gadis itu.
“Pemerintah Israel mengatakan, ia telah berusaha menikam seorang polisi, namun saksi menyatakan bahwa gadis itu sama sekali tidak menghadirkan ancaman pada saat ia ditembak. Gadis itu berteriak bahwa dia tidak membawa pisau,” kata Badan PBB.
UNICEF menyebutkan jumlah anak Palestina yang tewas pada triwulan keempat 2015 lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya (Juli-September) yang ‘hanya’ empat tewas dan 165 luka-luka.
UNICEF juga menyuarakan kekhawatiran atas jumlah anak-anak Palestina berusia 12 – 17 tahun yang ditahan oleh Israel. Pada akhir Desember 2015 ada 422 anak Palestina di penjara Israel. Jumlah ini tertinggi sejak Maret 2009.
Sistem hukum Israel memungkinkan anak-anak Palestina berusia 12 tahun diadili. [Rusdiono Mukri]