Istanbul, Gontornews — Istanbul siap untuk meredakan pembatasan terkait COVID-19 mulai 1 Maret dan membuat persiapan untuk itu sejalan dengan rencana pemerintah untuk beralih ke fase normalisasi di tingkat provinsi, kata direktur kesehatan provinsi kota itu.
“Dalam hal prospek pandemi [di Istanbul], kami berada pada titik yang sangat baik karena jumlah pasien virus telah menurun dan unit perawatan intensif di rumah sakit tidak sesibuk sebelumnya. Saat ini, Istanbul siap untuk melakukan langkah-langkah pelonggaran mulai 1 Maret, seperti yang disarankan oleh Presiden kami [Recep Tayyip Erdogan],” kata Prof Dr Kemal Memişoğlu dikutip Hurriyetdailynews.com.
Kasus virus di kota terbesar di Turki dengan populasi 16 juta, itu telah berkurang, kata Memişoğlu, seraya menambahkan bahwa penduduk harus terus mematuhi aturan untuk menjaga infeksi pada tingkat rendah.
Pekan lalu, Erdogan mengumumkan rencana untuk kembali ke kehidupan normal secara bertahap dengan pendekatan berbasis provinsi mulai Maret.
Berdasarkan skema normalisasi, provinsi akan dikategorikan berisiko rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi berdasarkan tingkat infeksi dan vaksinasi.
“Kami secara bertahap mencabut jam malam yang dimulai dengan penguncian akhir pekan, berdasarkan infeksi, vaksinasi dan kriteria lain di provinsi,” jelas Erdogan setelah rapat kabinet.
Menteri Kesehatan Turki Fahrettin Koca juga menetapkan tanggal dimulainya fase normalisasi bertahap hingga 1 Maret.
“Kami sedang mengerjakan langkah-langkah normalisasi dengan hati-hati. Prosesnya akan dimulai dengan dewan kesehatan masyarakat provinsi yang menangani empat tingkat risiko sejalan dengan kriteria Kementerian Kesehatan,” tulis Koca di Twitter pada 20 Februari.
Koca sebelumnya mengatakan bahwa pembatasan akan dilonggarkan atau diperketat tergantung pada bagaimana provinsi dikategorikan. Provinsi akan diberi warna pada peta yang menunjukkan tingkat risiko dari biru (risiko rendah) hingga merah (risiko sangat tinggi), jelasnya. Provinsi dengan risiko menengah dan tinggi akan diberi warna kuning dan oranye.
Provinsi dengan 10 kasus per 100.000 penduduk akan masuk dalam kategori risiko rendah sedangkan provinsi dengan 11 sampai 35 kasus akan diklasifikasikan berisiko menengah. Mereka yang memiliki 36 hingga 100 infeksi per 100.000 orang akan dikategorikan berisiko tinggi dan provinsi dengan lebih dari 100 kasus akan ditandai sebagai berisiko sangat tinggi. []