Ankara, Gontornews — Turki ingin menjalin hubungan “win-win” dengan Amerika Serikat karena kepentingan bersama dengan Washington lebih besar daripada perbedaan kedua negara, kata Presiden Recep Tayyip Erdoğan pada 20 Februari.
Hurriyetdailynews.com merilis, Erdogan mengatakan Turki akan melakukan lebih banyak kerjasama dengan pemerintahan baru AS Presiden Joe Biden.
“Hubungan Turki-Amerika diuji secara serius baru-baru ini, tetapi kemitraan strategis telah mengatasi semua kesulitan,” kata Erdogan dalam pesan video untuk program peluncuran Komite Pengarah Nasional Turki-Amerika (TASC) saluran televisi TASC TV.
Menurutnya, AS tidak memberi Turki dukungan dan solidaritas yang diinginkan dalam memerangi PKK yang ilegal dan kelompok terkait.
“Kami mengharapkan sikap yang jelas dari semua sekutu kami setelah serangan teroris pengecut yang merenggut nyawa 13 warga negara kami,” tegasnya.
Pekan lalu, Turki menuduh AS mendukung “teroris” dan memanggil duta besarnya setelah Washington menolak untuk segera mendukung pernyataan Ankara bahwa PKK telah mengeksekusi 13 warga negara Turki di Irak.
Belakangan, Washington berusaha meredakan perselisihan diplomatik dengan mengatakan bahwa mereka menerima klaim Ankara bahwa PKK telah menewaskan 13 orang Turki.
Baik Washington maupun Ankara memandang PKK sebagai organisasi teroris, tetapi AS juga mendukung kelompok YPG di Suriah dalam konflik melawan Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Ini memberikan sumber ketegangan lain antara dua sekutu NATO itu karena Ankara melihat YPG sebagai perpanjangan tangan PKK di Suriah.
Erdogan juga mengulangi rasa frustrasi atas berlanjutnya tempat tinggal Fethullah Gülen, seorang ulama yang berbasis di AS yang dituduh mengatur upaya kudeta berdarah tahun 2016.
“Kami percaya kepentingan bersama kami dengan Amerika jauh lebih besar daripada perbedaan pendapat kami,” kata Erdogan, seraya menambahkan bahwa dia ingin memperkuat hubungan melalui “perspektif jangka panjang berdasarkan win-win.”
Hubungan antara Turki dan AS telah tegang karena sejumlah masalah dalam beberapa tahun terakhir.
Pembelian sistem rudal S-400 canggih Rusia oleh Turki membuat mantan Presiden AS, Donald Trump, menjatuhkan sanksi pada industri pertahanan Turki.
Selain itu, pengadilan New York pada Mei akan memulai persidangan Halkbank milik negara Turki atas dugaan menghindari sanksi terhadap Iran.
Penasihat kebijakan luar negeri Erdogan, İbrahim Kalın dan Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan melakukan pembicaran telepon bulan ini yang menandai kontak resmi pertama sejak Biden menjabat.
“Sullivan menyampaikan niat pemerintah untuk memperkuat keamanan Transatlantik melalui NATO. Ia mengungkapkan keprihatinan bahwa akuisisi Turki atas sistem rudal permukaan-ke-udara Rusia S-400 merusak kohesi dan efektivitas aliansi,” kata Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional AS Emily Horne.
Pekan lalu, Menteri Luar Negeri Turki Mevlüt Çavuşoğlu dan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken membahas perselisihan S-400 dan perselisihan lainnya dalam percakapan telepon pertama mereka. Diskusi itu muncul setelah pernyataan AS yang mempertanyakan kebenaran berita pembunuhan 13 warga negara Turki baru-baru ini oleh PKK, yang secara terbuka dikecam Turki. []