Tokyo, Gontornews — Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe, akan mengumumkan peningkatan status darurat COVID-19 mulai Selasa (7/5) demi mencegah penyebaran COVID-19. Selain itu, Pemerintah juga menyiapkan paket stimulus untuk melindungi ekonomi dalam negeri dari resesi.
Lebih dari 3.500 orang menjalani tes COVID-19 di Jepang. Sebanyak 85 orang di antaranya dikabarkan meninggal dunia. Meski bukan yang terbesar di antara beberap titik penyebaran pandemi di dunia, Jepang mulai mengkhawatirkan penyebaran COVID-19 di Tokyo yang telah mencapai lebih dari 1.000 kasus.
Dengan peningkatan status darurat ini, Jepang menginstruksikan kepada gubernur untuk tetap berada di rumah dan menutup semua aktivitas bisnis. Namun, PM Abe memastikan tidak akan ada hukuman atau denda bagi para pelanggar aturan penguncian atau lockdown seperti di negara lain.
Jurubicara Pemerintah Jepang, Yoshihide Suga, mengatakan belum ada keputusan yang dibuat terkait peluncuran paket stimulus ekonomi. Namun, ia memprediksi bawha paket ekonomi tersebut akan diluncurkan pekan ini.
Sementara itu, Institute for Public Health di King’s College, London, mengatakan bahwa penetapan status darurat di Jepang terlambat. “Seharusnya, paling lambat diumumkan pada 1 April,” kata Direktur Institute for Public Health di King’s College, London, Kenji Shibuya, dilansir Reuters.
Gubernur Tokyo, Yurio Koike mengindikasikan bahwa pihaknya akan segera mengeluarkan status darurat COVID-19 dalam waktu dekat. Tingginya kasus COVID-19 yang tidak terlacak di Tokyo menjadi kekhawatiran Koike. Ia pun mendesak seluruh warga untuk mematuhi aturan jarak sosial atau social-distancing yang lebih kuat.
Koike telah meminta warga untuk tetap tinggal di rumah selama akhir pekan, menghindari keramaian dan bekerja dari rumah. [Mohamad Deny Irawan]