Beirut, Gontornews — Delapan puluh sembilan mayat telah ditemukan sejak sebuah kapal yang membawa migran dari Lebanon tenggelam di lepas pantai Suriah, media pemerintah Suriah mengatakan pada hari Sabtu (24/9).
Laman Arabnews.com merilis, tentara Lebanon menangkap seorang tersangka penyelundup para migran yang kapalnya tenggelam baru-baru ini di Mediterania timur.
Sementara itu, Observatorium Suriah melaporkan korban berjumlah 88 orang, dan 50 penumpang lainnya masih belum ditemukan.
Sekitar 150 orang, sebagian besar warga Lebanon dan Suriah, berada di kapal kecil yang tenggelam pada hari Kamis di kota Tartous, Suriah.
Lebanon telah menjadi titik awal migrasi illegal. Warga Lebanon bergabung dengan pengungsi Suriah dan Palestina berupaya meninggalkan tanah air mereka.
“Perahu kematian” ilegal berangkat setiap hari dari pantai utara Lebanon. Beberapa berhasil mencapai tujuan mereka, beberapa berhasil diselamatkan oleh penjaga pantai dari negara-negara yang perairan teritorialnya menjadi tempat kapal mereka terbalik, dan sisanya tenggelam.
Mantan anggota parlemen Tripoli, Mustafa Alloush, mengatakan kepada Arab News: “Orang-orang benar-benar kehilangan harapan bahwa situasi di Lebanon dapat membaik dan ada mafia yang mengeksploitasi ini.”
Dia mengatakan 95 persen dari perjalanan ilegal tersebut berhasil mencapai tujuan mereka, dan orang-orang yang berhasil mencapai Eropa mendorong kerabat dan kenalan mereka untuk melakukan perjalanan yang sama.
Dia menambahkan: “Pihak berwenang Lebanon mengetahui siapa penyelundup yang mengatur perjalanan semacam itu. Mereka mendapatkan uang dalam jumlah besar. Petugas keamanan dibayar untuk memfasilitasi perjalanan tersebut atau menutup mata.”
Mengapa kapal ini menuju ke Suriah? Bukankah ada UNIFIL (Pasukan Sementara PBB di Lebanon) yang berpatroli di perairan Lebanon?
“Peredaran narkoba ilegal, tetapi tetap aktif mengingat jumlah uang yang dibayarkan kepada pengedar dan petugas. Hal yang sama berlaku untuk perdagangan manusia dan penyelundupan. Uang dibayarkan, khususnya kepada mereka yang seharusnya melindungi orang-orang di negara ini.”
Sementara itu Menteri Pekerjaan Umum Ali Hamieh mengatakan: “Perahu jenis ini tidak dibuat untuk perjalanan seperti itu dan tidak dapat membawa orang sebanyak itu. Ternyata baru-baru ini diimpor dan tiba di Lebanon dua bulan lalu.”
Sebagian besar penumpang merupakan penduduk Lebanon utara, beberapa pengungsi Palestina dari kamp Nahr Al-Bared, tetapi mayoritas warga Suriah dari Idlib, Aleppo, dan Latakia.
Orang-orang Suriah ini secara ilegal masuk ke Lebanon untuk melarikan diri melalui laut melalui bagian utara negara itu.
Di antara para korban yaitu dua gadis yang dimakamkan di Akkar, Lebanon utara, setelah diangkut ke sana dengan mobil dari Tartous.
Walikota Qarqaf di Akkar mengatakan: “Ibu dari dua gadis itu tenggelam, begitu pula kedua putranya. Sang ayah masih hidup, tetapi dia berada di sebuah rumah sakit di Suriah.”
Kapal itu berangkat dari wilayah Minyeh utara Lebanon. Setiap penumpang membayar $3.000 untuk anak-anak dan $7.000 untuk orang dewasa.
Sekretaris Jenderal Partai Ba’ath Sosialis Arab Lebanon Ali Hijazi, yang melakukan perjalanan ke Tartous pada hari Jumat, mengatakan bahwa para penyintas telah memberitahunya bahwa kapal tersebut “berangkat dari Minyeh pada Selasa pagi dan mengalami kerusakan teknis. Kapal itu terbalik karena gelombang besar pada Kamis pagi.”
Tentara Lebanon mengumumkan telah menangkap delapan tersangka penyelundup. Tragedi itu bertepatan dengan pengumuman di media sosial tentang kapal lain yang meninggalkan pantai utara Lebanon menuju Italia dan mogok antara Yunani dan Turki. Penumpangnya berhasil diselamatkan dan saat ini berada di Turki.[]