Berlin, Gontornews — Jumlah kasus diskriminasi di Jerman pada tahun 2022 meningkat 14 persen dibandingkan tahun 2021. Kepala kantor Badan Anti-diskriminasi Jerman, Ferda Ataman, menjelaskan beberapa faktor diskriminasi di Jerman yaitu usia, disabilitas, jenis kelamin, orientasi seksual, agama, pandangan dunia, ras hingga antisemit.
“Belum pernah ada begitu banyak orang yang mengajukan laporan ke Badan Anti-diskriminasi Federal yang kami lakukan tahun lalu,” kata Ferda Ataman dalam konferensi persnya di Berlin.
Ia mencatat, jumlah pengaduan tertinggi terdiri dari 43 persen laporan diskriminasi rasial, 27 persen diskriminasi terhadap penyandang disabilitas, 21 persen diskriminasi berbasis gender, 10 persen diskriminasi terkait usia dan 6 persen diskriminasi berdasarkan agama dan perbedaan pandangan. Sebagian besar keluhan tersebut terjadi pada perbedaan pelayanan dan dunia kerja.
Ataman menekankan bahwa pengaduan tersebut hanyalah puncak gunung es dan tidak sepenuhnya mencerminkan tingkat diskriminasi di Jerman yang sebenarnya.
Sebagai contoh, ia menyoroti pengucilan terhadap penyandang disabilitas di kehidupan sehari-hari dan kehidupan ketenagakerjaan. Ada pula kasus diskriminasi yang menyebabkan individu dengan nama Turki atau Arab kesulitan untuk menempatkan tempat tinggal. Ada pula diskriminasi yang melibatkan warga berusia di atas 50 tahun yang ingin mendapatkan kerja tapi gagal karena usia.
“Angka-angka tersebut jelas menunjukkan hal ini. Kami telah menerima lebih banyak pengaduan dari pada yang dapat kami tangani,” sambung Ataman sebagaimana dilansir Anadolu.
“Sebagai pejuang melawan diskriminasi, saya melihat diri saya sebagai advokat bagi semua orang yang mengalami diskriminasi di Jerman. Banyak orang takut dan khawatir akan masa depan mereka di negara ini,” tutup Ataman. [Mohamad Deny Irawan]