Jakarta, Gontornews — Dr KH Zulkifli Muhadli SH MM (Ketua Umum Forum Alumni Pesantren) dalam acara Majelis Virtual Majalah Gontor ke-26 pada Senin siang (20/6/2022) kemaren secara gamblang menegaskan kemampuan lembaga pendidikan pesantren dalam menghadapi dan menjawab tantangan era globalisasi.
Dalam pemaparan narasumber, KH Zulkifli menjelaskan bahwa sekarang ini kita berada di era globalisasi, dimana terhubungnya dunia ini dengan begitu hebat dan kuat. Hal itu ditandai dengan majunya tekhnologi komunikasi, informatika, dan transportasi. Sehingga siapa yang kuat dialah yang akan mengendalikan dunia ini.
Kepada Gontornews.com, ia juga menambahkan, “Jadi tantangannya adalah bagaimana kita bisa memanfaatkan globalisasi karena kita tidak mungkin bisa menolaknya.” Akan tetapi, lanjut sang kiai, kita harus berusaha agar bisa berselancar di tengah ombak globalisasi dan memanfaatkannya agar kita bisa memberikan rahmat bagi alam semesta.
Apakah pendidikan pesantren itu bisa memberikan jawaban? Saya yakin sekali bisa. Karena bagi kita zaman dan apapun kondisinya. Hal itu adalah urusan yang kecil bagi Allah. Prinsip-prinsip pendidikan berupa tazkiyatun nafs sebagaimana diajarkan Rasulullah SAW hanya ada di pesantren.
Tazkiyah di sini ada karena diajarkan jiwa keikhlasan. Jiwa keikhlasan itu adalah tauhid dan itu hanya ada di pesantren. Dimana murid menghormati guru, sehingga barakah ilmunya didapat oleh sang murid.
Apapun yang ada di Gontor sengaja dibuat untuk pendidikan. “Dan inilah kurikulum modern, karena kurikulum yang sejatinya adalah sebuah upaya apapun untuk mendidik murid, bukan saja pelajaran di dalam kelas dan itu hanya ada di pesantren,” ujar ulama kelahiran 14 Mei 1958 tersebut.
Di akhir penjelasannya, mantan Bupati Kabupaten Sumbawa Barat dua periode 2005-2010 dan 2010-2015 itu menyampaikan bahwa ada empat kunci yang telah diberikan pesantren yaitu Bahasa Arab sebagai kunci membuka khazanah ilmu Islam, Bahasa Inggris kunci untuk membuka ilmu alamiah, tekhnologi informatika agar bisa membuka kedua kunci tadi dan menggunakannya, serta ilmu kehidupan (akhlak dan karakter, nilai-nilai, dan prinsip hidup). “Dan itu hanya ada di pesantren,” tutupnya. <Edithya Miranti>