Tripoli, Gontornews — Pemerintah Libya yang didukung PBB (GNA) telah bereaksi keras terhadap campur tangan Prancis di negeri itu. Intervensi militer Prancis di negara itu memicu protes warga Libya di ibukota Tripoli. Mereka meluapkan kemarahannya terhadap Prancis.
Sebelumnya, Pemerintah Prancis mengumumkan pada hari Rabu (20/7) bahwa tiga tentaranya tewas dalam kecelakaan helikopter di Libya timur saat operasi intelijen. Ini pertama kalinya Paris mengakui kehadirannya di negara kaya minyak itu.
Dalam pernyataannya pada Rabu, Pemerintah Libya meminta Prancis menjelaskan kehadiran pasukannya di negara itu. “Dewan kepresidenan mengungkapkan kekecewaan yang mendalam terhadap Prancis yang menggelar operasi intelijen di Libya timur tanpa koordinasi dengan Dewan.â€
Seperti diketahui, saat ini di Libya timur sedang terjadi perang antara pasukan Libya yang dipimpin Jenderal Khalifa Haftar, lawan dari pemerintah yang didukung PBB, melawan kelompok bersenjata di Libya timur.
Jika terbukti bahwa Prancis mendukung Haftar, maka ketegangan bisa meruncing di tengah meningkatnya pertanyaan tentang peran Barat di Libya.
“Tindakan Prancis ini akan mengacaukan negara. Ini adalah semacam kudeta terhadap proses politik dan terhadap jalur demokrasi yang dipilih oleh rakyat Libya,” kata anggota GNA, Mansour Al Hasadi, kepada Al Jazeera.
“Hal ini juga bertentangan dengan kesepakatan politik yang disponsori oleh PBB, masyarakat internasional dan Dewan Keamanan.”
Kehadiran pasukan Prancis di Libya pertama kali dilaporkan oleh surat kabar Prancis Le Monde, tapi ditolak oleh pejabat Libya.
Pada hari Selasa, para pejabat Libya mengatakan kepada kantor berita Associated Press bahwa “milisi Islam” telah menembak jatuh sebuah helikopter di dekat kota Benghazi, Libya timur, yang menewaskan dua petugas Prancis, di sebuah daerah yang disebut al-Magrun. Namun pejabat Prancis dan Libya belum memberikan informasi tentang tempat petugas ketiga meninggal.
Ahmed al-Mesmari, jurubicara pasukan Haftar, kepada wartawan di Benghazi pada hari Rabu mengatakan, bahwa Prancis sedang menjalankan operasi intelijen tentang ISIS di Libya. [Rusdiono Mukri]