Oleh Felix Siauw
Seseorang cenderung mengukur dengan apa yang menjadi paling penting baginya, bahasa nubuwwahnya, “Innamal a’malu bi niyyat“, segala hal tergantung niatnya.
Bagi mereka yang dunia paling penting baginya, saat berjumpa orang lain selalu membandingkan kekayaan, rumah, kendaraan, usaha, atau bahkan banyaknya anak mereka.
Mereka yang wanita adalah segalanya, bicara poligami saat berjumpa, walau kesemuanya jomblo tanpa asa. Bicara tentang memilih wanita, apa daya tiada yang suka.
Mereka yang Islam paling penting baginya, kala berjumpa pasti karena Allah, berlisan tentang Islam, berbagi capaian dakwah, berdebatpun masih dalam wacana Islam.
Apa yang paling penting bagimu, itulah pembicaraanmu, dari situ semuanya diukur, dari situ semuanya ditera, dari situ pula engkau akan memandang orang lainnya.
Maka bila ada yang menuding aksimu pasti lari ke politik, ya itulah politiknya, dia yang sedang berpolitik, politik fitnah dan adu domba, black propaganda.
Jika ada yang menuduh aksimu pasti didanai, diberi iming-iming liburan ke Monas, maka kita bisa tahu pola pikirnya, bahwa dia pikir semua manusia seperi dia, money-driven.
Jangan kesal. Okelah, kesal sedikit tak mengapa. Harusnya kita malah kasihan, sebab mereka tak diberi Allah sebagaimana Allah beri kepadamu, kecintaan pada Islam.
Mereka takkan paham dan percaya, bahwa ada yang ikhlas menjual kendaraan demi membiayai diri dan keluarganya hadir di aksi bela Islam, sekedar jadi saksi saja.
Mereka tak diberi kenikmatan berkorban di jalan Allah, hingga tak kan pernah bisa menyangka, ada yang terbang belasan jam hanya untuk hadir di perhelatan besar umat.
Mereka akan tetap nyinyir sebab mereka justru tak suka ada jutaan orang yang mendapat hidayah dari aksi bela Islam, sebab itu berbahaya bagi dagangan kezaliman mereka.
Satu yang kita lihat, mereka bukan bagian dari umat, sebab tak paham yang kita rasa, tak tahu yang kita inginkan, tak berbagi kecintaan terhadap agama yang kita junjung.
Mereka bisa melantangkan fitnah ini dan itu, menghambat reuni 212 dengan banyak tipu daya, tapi bagi kita satu alasan cukup mengalahkan semua itu, kami datang 212, KARENA ALLAH. []