Jakarta, Gontornews — Ketua DPR RI Ade Komarudin mengingatkan kepada anggota Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat periode 2016-2019 bahwa KPI ke depan memiliki tantangan makin berat. Selain makin berkembangnya IT dan sosial media para era mendatang, media di Indonesia juga makin banyak dikuasai konglomerat.
Ade berharap KPI dapat bersikap independen, nonpartisan dan professional. “Media di Indonesia saat ini makin dikuasai oleh konglomerasi bisnis-politik,” katanya di Jakarta, seperti diansir dari laman kpi, Ahad (31/7).
Belum lama ini Komisi I DPRRI telah memilih sembilan orang komisioner KPI yang baru. Mereka adalah Nuning Rodiyah (54 suara), Sudjarwanto Rahmat Muh Arifin (52 suara), Yuliandre Darwis (51 suara), Ubaidillah (46 suara), Dewi Setyarini (45 suara), H Obsatar Sinaga (45 suara), Mayong Suryo Laksono (45 suara), Hardly Stefano Penelon Pariela (34 suara), dan Agung Suprio (24 suara).
“Kita semua berharap komisioner KPI memegang teguh amanat UU Penyiaran dan lebih mengutamakan kepentingan moral di atas kepentingan modal,” ujar Sukamta anggota Komisi I DPR RI.
Tantangan lain, KPI tengah menyongsong era digital yang pada tahun 2018 ditargetkan migrasi mode penyiaran dari analog ke digital sudah bisa terwujud. Aturan mengenai hal ini tertuang dalam Revisi Undang-Undang (RUU) Penyiaran yang saat ini masih digodog di Komisi I DPR RI.
Komisioner KPI Yuliandre Darwis mengungkapkan, dengan digitalisasi televisi diharapkan industri televisi bisa survive dengan keadaan itu, lalu keseimbangan ekonomi juga harus dipahami. Karena makin banyak saluran televisi, program-program yang dihadirkan tentunya harus kreatif. Jangan sampai ketika saluran digitalnya banyak, kontennya malah ‘murah’ dan tidak mencerdaskan.
“Sekarang pun sudah banyak yang lebih memilih membeli konten asing karena biayanya lebih murah, padahal konten-kontennya punya risiko tinggi,” paparnya.
Sebagai informasi, saat ini Kementerian Komunikasi dan Informatika tengah melakukan ujicoba siaran televisi digital di 20 lokasi. Dalam pelaksanaannya, pemerintah melakukan ujicoba beberapa teknologi, di antaranya open BTS, google loon, PPDR (Public Protection and Disaster Relief), 5G, TV digital metode SFN (single frequency network), dan MFN (multi frequency network). [Ahmad Muhajir/Rus]