Tidak disangsikan lagi bahwa suatu bahasa apabila mampu menanamkan pengaruhnya pada suatu bangsa, maka bahasa tersebut akan memainkan peranan penting dalam mewarnai corak pemikirannya, mempengaruhi tingkah laku dan cara hidupnya. Oleh karena itu, saya memandang perlu untuk menyajikan suatu pembahasan mengenai: “Sejauhmana kemungkinan menghidupkan bahasa Arab dan menyebarkannya di dunia Islam non-Arab?”
Dan kalau saya mengajukan sebuah pembahasan, yang zhahir-nya bersifat ke-bahasa-Arab-an tapi hakikinya bersifat ke-Islam-an, maka harapan saya pertama-tama adalah sebagaimana kita mewujudkan pelaksanaan ajaran Islam yang luhur, baru kemudian tujuan yang berkaitan dengan bahasa Arab itu sendiri.
Kiranya tidak perlu lagi dalam kesempatan ini untuk memperpanjang pembicaraan mengenai pentingnya bahasa Arab dan perannya dalam hubungan internasional, tapi yang lebih penting adalah memusatkan perhatian kita kepada kajian mengenai cara-cara memanfaatkan bahasa Arab dalam mempererat hubungan antarbangsa dan antarnegara-negara Islam.
Tidak disangsikan lagi bahwa bahasa Arab adalah bahasa Al-Qur’an. Sesungguhnya Kami menurunkan A- Qur’an dengan bahasa Arab, agar kamu memahaminya (QS. Yusuf: 2).
Berdasarkan hal ini maka barangsiapa menghidupkan bahasa Arab berarti menghidupkan Al-Qur’an. Dan tidaklah berlebihan kalau kita katakan bahwa bahasa Al-Qur’an adalah termasuk syiar Allah.
Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati (QS. Al Hajj: 32).
Dari sini kita memahami betapa pentingnya menghidupkan dan menyiarkan bahasa Al-Qur’an. Maka bahasa Arab haruslah merupakan bahasa resmi satu-satunya di semua bidang, khususnya dalam membina hubungan antarbangsa dan antarnegara Islam.
Kita tidak rela bahasa lain menggantikannya dan kita tidak bisa menerima bahasa lain menyertainya. Bahasa Arab haruslah menjadi bahasa kesatuan, bahasa perkenalan, bahasa persatuan antarbangsa-bangsa Muslim, baik sebagai pribadi maupun kelompok. Ini kalau kita ingin mengagungkan syiar Allah, ingin sungguh-sungguh menjadi orang-orang yang bertakwa, dan ingin menjadi satu umat yang mulia.
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal (QS. Al Hujurat: 13).
Di sinilah letak rahasia ungkapan لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ dalam Al-Qur’an surat Yusuf ayat 2.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengembangan dan penyiaran bahasa Arab. Faktor-faktor itu dapat dibagi menjadi dua kelompok; kelompok eksternal, yaitu faktor yang berada di luar bahasa dan faktor internal, yaitu faktor-faktor yang bersumber dari bahasa itu sendiri.
Faktor Eksternal:
- Al-Qur’an.
Kita semua mengetahui bahwa Al-Qur’an dibaca sebagai ibadah. Salah satu “berkah” dari ta’abbud ini ialah bahwa satu penerbit di Indonesia mencetak setiap tahun 100.000 eksemplar Al-Qur’an, padahal demikian banyaknya penerbit yang mencetak Al-Qur’an di Indonesia dan di seluruh dunia. Atas dasar ini, kita bisa menghitung dengan angka berapa eksemplar Al-Qur’an yang ada di tangan kaum Muslimin di dunia.
Hal ini merupakan petunjuk betapa besarnya perhatian Islam terhadap bacaan Al-Qur’an. Dan karena Al-Qur’an itu berbahasa Arab, baik makna maupun tulisannya, maka kita mengetahui seberapa besar andil Al-Qur’an dalam memelihara bahasa Arab dan memberikannya peluang untuk tersebar.
- Istilah-istilah keagamaan, keilmuan, dan nama-nama diri.
Di dalam agama Islam terdapat ribuan istilah keagamaan dan keilmuan. Istilah-istilah ini setelah berpindah ke bahasa-bahasa lain tetap terpelihara kearabannya, baik lafal dan maknanya, maupun lafal saja tanpa makna. Dan tidak lupa pula di sini kita merujuk kepada nama-nama diri. Banyak orang Islam di berbagai tempat yang namanya berasal dari Arab. Betapapun nama-nama dan istilah-istilah ini membuka jalan bagi hidupnya bahasa Arab dan penyiarannya. (Bersambung)
Disampaikan dalam Mu’tamar Majma’ al-Buhuts al-Islamiyyah, Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir, 22 September 1972.