Depok, Gontornews — Direktur Institut Media Sosial dan Diplomasi, Komunikonten, Hariqo Wibawa Satria berkenan untuk berbagi tips bagi para calon anggota legislatif (caleg) baik di level kabupaten/kota hingga pusat.
Menurut Hariqo, sapaan akrabnya, tips ini diberikan agar para caleg mewaspadai munculnya stigma meremehkan pemilihan anggota legislatif untuk mengedepankan pemilihan presiden. Sebagaimana diketahui, pemilihan umum 2019 dilaksanakan secara serentak pada 17 April 2019 mendatang. Setiap pemilih diberi kesempatan untuk memilih calonnya dari mulai caleg kota/kabupaten, provinsi, pusat, Dewan Perwakilan Daerah (DPD) hingga Presiden.
“Ungkapan (terserahlah siapapun calegnya yang penting presidennya sesuai pilihan kami), itu dapat dilihat sebagai ekspresi kebingungan masyarakat untuk memilih sosok yang tepat di antara ribuan nama Caleg,” ungkap Hariqo kepada Gontornews.
“Sejak ada Indonesia, inilah pertama kali kita mengadakan pemilihan serentak atau Pemilu lima kotak seperti ini. Sebab itu wajar jika ada Caleg atau Parpol yang kebingungan menentukan strategi komunikasi untuk mengenalkan Calegnya,” tambah Hariqo.
Selain itu, Hariqo juga mengatakan bahwa Google Consumer mencatat keterlibatan 89 persen warga Indonesia dalam mengakses internet melalui gawai pintar (smartphone). Hariqo pun menyarankan agar caleg tetap berada di dunia maya untuk menyosialisasikan dan mengampanyekan program-programnya.
“Jalan terbaik untuk menghadirkan Caleg di telepon genggam setiap pemilih adalah dengan mengelola media sosial dengan efektif,” lanjut Hariqo.
Senada dengan Hariqo, Direktur Konten Komunikonten, M Samsul Arifin, juga mengatakan Caleg tidak hanya perlu bekerja keras untuk meningkatkan elektabilitasnya tapi juga bekerja dengan cerdas.
“Waktu Pilpres dan Pileg yang bersamaan ini sesungguhnya menjadi tantangan bagi para Caleg dalam memasarkan diri dan visi-misinya kepada masyarakat. Para Caleg tidak cukup hanya kerja keras, tapi juga harus kerja cerdas,” pungkas Samsul.
Berikut pesan Kominkonten bagi para Caleg dalam memanfaatkan media sosial sebagai ajang kampanye ataupun sosialisasi visi misiBuat kalender medsos. Persiapkan konten apa saja yang akan disampaikan di medsos sejak hari ini hingga hari pemilihan nanti. Konten yang anda unggah di hari-hari terakhir ini sangat menentukan.
Cek keluhan warga di medsos, pilih beberapa masalah yang bisa langsung anda selesaikan. Jangan menunggu jadi anggota legislatif dulu baru berkontribusi.
Tingkatkan jumlah postingan harian. Misalnya Facebook: 3 kali, Instagram: 3 kali, twitter: 5 kali, youtube: 2 kali, whatsapp, surat elektronik, dan saluran lainnya. Persiapkan tim kecil antara 2-3 orang. Tidak mungkin anda tidak punya orang sejumlah itu.
Kemungkinan besar pencoblos anda adalah mereka yang postingannya anda respon dengan share, comment, like, love, retweet. Perbanyak membalas komentar warga, tingkatkan interaksi di medsos.
Perbanyak siaran langsung aktivitas darat anda lewat medsos.
Respon situasi dengan tulus, misalnya musibah di beberapa daerah, aksi teror di Selandia Baru, kelahiran, kematian, ulang tahun dan pernikahan warga. Buat poster, tapi jangan cantumkan nomor urut pencalegan di poster tersebut, itu menunjukan empati digital anda kurang, kepentingan anda banyak.
Jangan terus-menerus mengunggah postingan bernada “coblos saya”, cukup di foto profil anda saja. Sementara isi postingan haruslah titik temu antara tujuan anda dan harapan masyarakat.
Buat konten yang meningkatkan partisipasi warganet, seperti mengajukan pertanyaan, permintaan saran, jajak pendapat, menawarkan solusi dan lain sebagainya. Jangan monolog. Sesibuk apapun, luangkan waktu menulis walau 2 hingga 3 paragraf, apalagi jika anda caleg muda.
Hapus konten tidak layak dan tidak penting di medsos anda (misalnya foto dengan mantan, foto dengan partai lama anda).
Pahami pemilih anda dengan mempelajari unggahan mereka. Pahami data dasar dapil (jumlah penduduk miskin, jumlah sekolah rusak, dll). Pahami bukan sekadar hafal.
Adakan pertemuan pengguna medsos, posisikan anda sebagai pendengar. Mendatangi mereka lebih disarankan, ketimbang mengundang.
Citra yang anda bangun di medsos jangan beda jauh dengan aslinya. Gawat jika di medsos anda terlihat keren dengan banyak poster kutipan, tapi aslinya beda.
Maksimalkan influencer, key opinion leader bukan buzzer. Jangan bergantung dengan alat pemantau medsos berbayar mahal, anda bisa kreatif menggunakan yang gratisan. Pemantauan yang dilakuakan secara manual wajib anda lakukan.
Empat hari jelang pencoblosan ingatkan pemilih ke TPS, atau kirim pesan lewat email, whatsapp, medsos secara khusus. Pastikan anda punya DATA.
Jangan membeli pemilih, melobi KPU, Bawaslu, dll. Ibarat sepakbola jika anda menyuap penonton, wasit, maka anda merusak sistem, bahkan seluruh citra yang anda bangun di medsos akan hancur.
Apapun hasilnya, terpilih atau tidak, anda wajib mengucakan terima kasih kepada pengguna medsos. Sampaikan “program dan janji yang saya rencanakan akan saya sampaikan kepada teman-teman caleg yang terpilih”.
Jika gagal, jangan meminta kembali kipas angin, karpet, kompor, payung, tenda yang anda sumbangkan ke warga, karena itu akan viral dan abadi di medsos sehingga menyulitkan anda untuk kembali menyalonkan diri pada tahun 2024. [Mohamad Deny Irawan]