Washington, Gontornews — Bak roda berputar, legenda sepakbola Turki di Piala Dunia 2002 di Korea Selatan-Jepang, Hakan Sukur, menjadi pengemudi ojek online di Amerika Serikat. Untuk keadaan hidupnya ini, Sukur menyalahkan Presiden Turki, Racep Tayyip Erdogan, yang disebut menyita seluruh asetnya.
Sebagaimana diketahui, pria berusia 48 tahun tersebut pernah memperkuat sejumlah klub-klub Eropa seperti Torino, Parma, Inter Milan, Blakburn Rovers dan, klub raksasa Turki, Galatasaray. Di level klub, Sukur berhasil melesakkan 250 gol. Sementara di Tim Nasional Turki, Sukur mencatatkan 112 penampilan dengan melesakkan 51 gol.
Celakanya, Sukur memutuskan untuk berpindah haluan dari dunia sepakbola ke dunia politik dimana ia memutuskan bergabung dengan partai AKP, partai pendukung Presiden Racip Tayyip Erdogan.
“Kemudian setelah itu semuanya dimulai,” kata Sukur sebagaimana dilansir media olahraga Goal dari Welt am Sonntag.
“Batu-batu dilempar ke butik milik istri saya. Anak saya diperlakukan kasar di jalan. Saya menerima banyak ancaman untuk setiap komentar saya. Ketika saya pergi, mereka mehan ayah saya dan semua yang saya miliki disita.”
“Saya tidak punya apa-apa lagi di dunia ini. Erdogan mengambil semuanya dari saya; kebebasan saya, hak saya untuk menjelaskan, hak untuk mengekspresikan diri, hak untuk bekerja.”
“Ini sangat sulit untuk mereka. Semua orang yang dekat dengan saya mengalami masalah finansial,” tambahnya.
Lebih lanjut, Hakan Sukur menjelaskan bahwa ia baru mengetahui bahwa ada seorang mahasiswa Turki di Amerika Serikat yang mengajaknya berswafoto tapi lantas dibui 14 bulan oleh pemerintah.
“Ketika saya bergabung dengan AKP, Turki adalah negara yang sesuai dengan standar Uni Eropa dan mendapatkan banyak investasi dari Eropa.”
“Namun, politiknya Erdogan membawa era buruk dan negara itu mengarah ke arah yang benar-benar berbeda; orientasinya cenderung ke Timur Tengah, alih-alih ke Eropa.”
“Sepakbola Turki, seperti di kebanyakan tempat, tidak bebas dan tidak mandiri. Namun kami justru diserang oleh media setepat (karena bersauara). Mereka ingin memastikan bahwa atlet lain terintimidasi untuk membuka mulut,” jelas Sukur.
Meski dikucilkan oleh Pemerintah Turki, Sukur tetap mencntai negeri kelahirannya tersebut. “Saya adalah musuh pemerintah; bukan musuh negara, bangsa Turki. Saya cinta bendera dan negara saya,” pungkasnya. [Mohamad Deny Irawan]