Sanaa, Gontornews – Pangkalan militer dan beberapa situs pertahanan udara milik kelompok Houthi di Ibu Kota Yaman, Sanaa menjadi terget serangan pasukan koalisi Arab yang dipimpin Arab Saudi dan UEA.
Sebuah serangan udara telah dilancarkan pasukan koalisi Saudi-UEA sebagai tanda dimulainya operasi militer yang disebut pasukan koalisi sebagai serangan terhadap pemberontak di Ibu kota dikuasai Houthi di negara itu sejak 2014 lalu.
Juru Bicara koalisi, Kolonel Turki al-Maliki, mengatakan, serangan telah menargetkan lima situs pertahanan udara milik Houthi dan depot rudal balistik di Sanaa.
“Komando aliansi berkomitmen untuk mencegah milisi Houthi dan organisasi teroris lainnya untuk memiliki akses militer seperti itu,” tambahnya, menurut kantor berita Arab Saudi, SPA.
Sementara itu, koresponden Al Jazeera Mohammed al-Attab mengabarkan warga sipil di Yaman telah terbiasa dengan serangan udara seperti itu. Menurut warga, serangan udara tersebut tidak membawa perubahan baik bagi Houthi maupun Warga Yaman sendiri.
“Karena kamp-kamp militer semacam ini telah banyak dihancurkan,” katanya.
Lokasi yang menjadi target pasukan koalisi, lanjutnya, telah diserang ratusan kali oleh jet tempur Saudi selama lebih dari empat tahun.
“Kelompok Houthi sekarang menggunakan taktik perang gerilya di dekat perbatasan Saudi, Jadi tidak ada bedanya bagi mereka ketika Arab Saudi menyebut kampanye militernya saat ini sebagai serangan udara berskala luas.” kata al-Attab.
Sebelumnya, Pasukan Houthi mengklaim telah melakukan serangan drone terhadap target militer di pangkalan udara Raja Khalid di Arab Saudi barat daya.
Menurut juru bicara Houthi Yahya Sarei, serangan pesawat tak berawak itu menargetkan posisi radar dan militer di pangkalan udara dekat kota Khamis Mushait. Namun, tidak ada komentar dari koalisi Saudi-UEA tentang klaim Houthi itu.
Yaman telah berada dalam cengkeraman perebutan kekuasaan yang telah menghancurkan baik pemerintah yang didukung Saudi dan Houthi sejak akhir 2014.
Konflik telah meningkat sejak 2015 ketika Houthi berhasil berkuasa di ibukota sementara pemerintah Aden, mendorong Arab Saudi dan sekutunya untuk memulai kampanye militer melawan kelompok itu.
Saudi khawatir jika Houthi akan memberikan saingan regional mereka, Iran, pijakan strategis di Semenanjung Arab jika mereka berkuasa.[Devi Lusianawati]