Juba, Gontornews — Presiden Sudan Selatan Salva Kiir menyatakan “gencatan senjata sepihak dan penghentian permusuhan”, dan memerintahkan pasukan pemerintah untuk “melepaskan diri” dari pertempuran dengan pasukan yang setia kepada Wakil Presiden Riek Machar.
Seperti diberitakan Gontornews.com sebelumnya, perseteruan antara Presiden Salva Kiir dengan Wapres Riek Machar telah menewaskan ratusan orang.
Seruan yang diumumkan pada hari Senin (11/7) oleh jurubicara kepresidenan Ateny Wek Ateny, itu cepat dibalas oleh Machar, yang memerintahkan pasukannya untuk menghentikan pertempuran pada pukul 17.00 GMT.
“Presiden berbicara dengan Machar … mereka telah berbicara tentang mengendalikan kekuatan mereka dalam upaya untuk menyelamatkan apa yang tersisa dari kesepakatan damai,” kata Ateny dalam sebuah wawancara dengan Al Jazeera.
Sejumlah pertempuran antara kedua belah pihak masih terjadi di hari Senin itu, setelah bentrokan meletus pada hari Kamis, pekan lalu.
Pengumuman gencatan senjata itu berlangsung setelah Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-Moon menyerukan Dewan Keamanan untuk memberlakukan segera “embargo senjata” di negara merdeka termuda di dunia itu.
Ban mengatakan terkejut oleh serangan tanpa pandang bulu terhadap warga sipil, dan mengutuk “kepemimpinan gagal” di negara itu. Ia juga memperingatkan bahwa beberapa kekerasan yang terjadi “mungkin merupakan kejahatan perang”.
“Sekali lagi, para pemimpin Sudan Selatan telah gagal. Jarang ada negara menyia-nyiakan begitu banyak janji,” katanya marah dari markas PBB di New York.
Sebelumnya pada Senin, bentrokan baru pecah di ibukota, memaksa ribuan warga sipil mengungsi dan menimbulkan kekhawatiran perang akan makin sengit di negeri yang baru berumur lima tahun itu.
Setidaknya 272 orang tewas dalam kekerasan baru-baru ini, sebuah sumber kementerian kesehatan mengatakan kepada kantor berita Reuters, Ahad (10/7).
“Begitu gencatan senjata diumumkan, semuanya terdiam,” kecuali suara tembakan menandai perayaan singkat Milad kelima negeri itu. Demikian kata John Hendren dari Al Jazeera melaporkan dari ibukota. [Rusdiono Mukri]