Jeddah, Gontornews — Angkatan bersenjata Arab Saudi berhasil menangkal upaya sporadis oleh pemberontak Yaman yang menyusup ke wilayah Saudi, Sabtu (30/7). Puluhan penyusup tewas.
Dalam sebuah pernyataan yang disiarkan oleh kantor berita Saudi (SPA) pada Sabtu malam, seorang perwira militer Saudi menyebutkan enam tentara koalisi juga tewas dalam bentrokan itu.
Perwira yang diidentifikasi sebagai Kapten Abdul Razzaq Al-Mulhem, itu mengatakan pesawat-pesawat tempur koalisi menghancurkan banyak kendaraan militer yang digunakan oleh penyusup. Mereka adalah milisi Houthi dan loyalis presiden terguling Yaman, Ali Abdullah Saleh.
Pertempuran itu berlangsung sepanjang perbatasan Saudi-Yaman di Provinsi Najran.
Serangan-serangan itu merupakan “pelanggaran mencolok dari gencatan senjata yang disepakati antara kedua belah pihak,” kata koalisi, yang berjuang untuk mengembalikan pemerintahan Presiden Abed Rabo Mansour Hadi yang diakui PBB.
Pertempuran itu merupakan salah satu yang terburuk sejak pembicaraan damai dimulai di Kuwait pada bulan April lalu antara pemerintah Yaman dan pemberontak Houthi untuk mengakhiri konflik 16 bulan di Yaman.
Gencatan senjata yang dimulai bulan April itu telah memperlambat momentum pertempuran, tapi kekerasan terus terjadi hampir setiap hari.
Pada hari Senin pekan lalu, lima penjaga perbatasan Saudi tewas dalam bentrokan perbatasan serupa di wilayah Najran.
Wilayah selatan Arab Saudi, terutama daerah perbatasan dengan Yaman, kerap mendapat serangan sporadis sejak Riyadh memimpin koalisi militer Arab, Maret 2015, dalam memerangi pemberontak Syiah Houthi yang menguasai wilayah utara Yaman.
Sekitar 100 anggota pasukan Saudi dan warga sipil telah tewas dalam pertempuran, baik karena tembakan artileri atau ranjau darat di wilayah perbatasan Saudi sejak koalisi melancarkan operasinya.
Pekan ini, prospek perundingan damai itu kini menjadi redup ketika pemberontak Houthi dan sekutunya di partai politik mantan presiden, Ali Abdullah Saleh, mengumumkan bahwa mereka telah memutuskan untuk membentuk sebuah dewan politik secara sepihak demi membentuk pemerintahan.
Utusan Khusus PBB untuk Yaman, Ismail Ould Cheikh Ahmed, mengatakan serangan itu merupakan pelanggaran serius Resolusi Dewan Keamanan PBB 2216, yang menyerukan pada Houthi “untuk menahan diri dari tindakan sepihak lebih lanjut yang dapat merusak transisi politik di Yaman”.
Ahmed mengajukan tawaran terakhir Sabtu (30/7) untuk menyelamatkan pembicaraan dengan mengusulkan memperpanjang perundingan selama satu minggu, setelah delegasi pemerintah mengatakan akan mundur dari diskusi di Kuwait.
Lebih dari 6.400 warga Yaman, sebagian besar warga sipil, telah tewas sejak Maret lalu, dan pertempuran telah mendorong 2,8 juta warga Yaman meninggalkan rumah-rumah mereka.
Kuwait telah menjadi tuan rumah pembicaraan damai Yaman sejak April namun negosiasi telah gagal membuat kemajuan apapun. [Rusdiono Mukri]