London, Gontornews–Pelajar Indonesia di Inggris sampaikan protes keras pada pimpinan Partai Buruh Jeremy Corbyn yang mendukung kemerdekaan dua provinsi paling timur Papua dan Papua Barat. Protes pada Corbyn disampaikan dalam surat terbuka di situs ternama huffintongpost Inggris.
Surat tersebut ditulis oleh Muhammad Zulfikar Rakhmat PhD peneliti dan wartawan asal Indonesia yang tinggal di Inggris serta Presiden Persatuan Mahasiswa Indonesia di Inggris Media Wahyudi Askar yang juga mahasiswa PhD di University of Manchester.
Zulfikar menulis, atas nama masyarakat Indonesia di Inggris, dirinya terkejut membaca pernyataan Pimpinan Partai Buruh Inggris Jeremy Corbyn yang dipublikasikan di Guardian edisi online berjudul “Jeremy Corbyn di Papua Barat.
“Kami sangat kecewa bahwa Anda bisa datang dengan kesimpulan sempit tentang Papua dan Papua Barat, yang hanya berdasar dan mencerminkan pengetahuan yang sangat terbatas tentang dua provinsi itu,” tulisnya.
Pernyataan tersebut, menurutnya, telah merusak dan menyakiti perasaan 250 juta orang Indonesia di antaranya adalah 3,9 juta tinggal di 42 kabupaten dan kota di Provinsi Papua dan Papua Barat.
“Kami bingung Anda mengatakan bahwa kita tidak bebas untuk memilih, bebas untuk memerintah dan bebas untuk menentukan masa depan kita sendiri. Sebaliknya, Anda harus berhati-hati tentang klaim yang dibuat oleh Benny Wenda dan individu lain yang mereka mewakili rakyat Papua. Yang benar-benar mereka mewakili? lanjutnya.
Zulfikar mengingatkan, bahwa dunia sedang menghadapi meningkatnya tantangan mengelola demokrasi, hak asasi manusia, multikulturalisme dan pluralisme. Sama seperti Inggris, warga Indonesia di Inggris juga berkomitmen untuk mendorong hak maju manusia, pluralisme dan multikulturalisme. Kedua negara harus bekerja bergandengan tangan dalam menyikapi tantangan-tantangan atas dasar kesetaraan, saling menghormati dan memahami.
Dia masih mengingat ucapan Corbyn tentang pentingnya terhubung antara hati dan kepala. “Namun kesimpulan anda tentang Papua dan Papua Barat sungguh berdasar empati pada beberapa orang tanpa didukung fakta. Sangat tidak bijak anda mendengar hanya ucapan sedikit orang dan mengabaikan suara lebih banyak,” pungkasnya.
Sebelumnya, pertemuan Parlemen Internasional untuk Papua Barat atau International Parliamentarians for West Papua (IPWP) digagas beberapa politisi Inggris dan Papua untuk mengupayakan referendum kemerdekaan Papua Barat pada 2020. [Ahmad Muhajir/DJ]