Surabaya, Gontornews — Sebanyak 79 mudir Ma’had Aly bertemu dalam forum pertemuan pimpinan lembaga pendidikan tinggi pesantren atau mudir Ma’had Aly yang diselenggarakan Kementerian Agama. Dalam forum ini, pemerintah dan peserta mendiskusikan kurikulum, digitalisasi dan rencana pengaplikasian kitab kuning digital pada pendidikan tinggi pesantren.
Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama, Muhammad Ali Ramdhani, mengakui peran Ma’had Aly dalam melahirkan ulama-ulama besar. Meski demikian, pemerintah, lanjut Ali Ramdhani, masih memiliki pekerjaan rumah dalam hal pengakuan lulusan lembaga pendidikan tinggi pesantren tersebut.
“Atas dasar itu, Kemenag terus berupaya untuk mendorong rekognisi alumni pesantren. Salah satunya memberikan fasilitasi kepada para santri melalui Program Beasiswa Santri Berprestasi (PBSB),” kata Ali Ramdhani, sebagaimana dilansir Kementerian Agama.
Ali Ramdhani mengaku pernah mendapatkan informasi perihal rekognisi lulusan Ma’had Aly yang ingin melanjutkan studi ke jenjang doktoral (S3).
“Ketika dia mau daftar S3 di kampus umum menggunakan ijazah Ma’had Aly, pihak kampus tidak tahu. Begitu ditanya akreditasi dan disodorkan hasil akreditasi Ma’had Aly yang hasilnya mumtaz alias unggul, mereka juga tidak tahu,” sambungnya.
Karenanya, ia meminta seluruh mudir untuk terus meningkatkan kualitas Ma’had Aly. Bahkan, ia berharap Ma’had Aly siap menjalani akreditasi oleh lembaga seperti Lembaga Akreditasi Mandiri Sains Alam dan Ilmu Formal (Lamsama).
“Akreditasi dari Majelis Masyayikh dengan hasil mumtaz (A), jayyid (B) dan maqbul (C) seperti yang selama ini dijalani harus dilanjutkan, tetapi sebagai pelengkap perlu ditambah dengan akreditasi dari lembaga semacam Lamsama,” jelas Guru Besar UIN Sunan Gunung Djati Bandung tersebut.
“Saya yakin Ma’had Aly akan menapaki kejayaannya ketika ia mampu beradaptasi dengan dinamika peraturan perundang-undangan yang ada,” pungkasnya. [Mohamad Deny Irawan]