Washington, Gontornews — Sejumlah Harga kebutuhan pokok di Amerika Serikat mencapai titik tertinggi sejak 1981 sepanjang bulan Maret. Departemen Ketenagakerjaan Amerika Serikat mengumumkan kenaikan harga hingga 8,5 persen sepanjang tahun akibat perang antara Rusia-Ukraina, yang berdampak langsung pada kenaikan biaya energi di Amerika Serikat.
Indeks Harga Konsumen (CPI), yang menjadi acuan harga barang dan jasa, terbaru muncul setelah tahun ini, hingga Februari, mencatatkan kenakan 7,9 persen. Angka ini sekaligus menjadi laju inflasi tahunan tercepat dalam 40 tahun terakhir.
Invasi Rusia di Ukraina juga menyebabkan permasalahan rantai pasokan yang berkelanjutan, lonjakan permintaan, kenakan harga energi, hingga meningkatkan angka inflasi. Peningkatan ini sekaligus menjadi yang pertama sejak Ronald Reagan mengambil alih Gedung Putih dari Jimmy Carter sebagai Presiden Amerika Serikat.
The Guardian melansir jika kenaikan harga kebutuhan pokok di Amerika Serikat kali ini dipicu oleh meningkatkan biaya sewa rumah, gas dan bahan makanan. Kenaikan ini telah membuat masyarakat berpenghasilan rendah di Amerika Serikat mendapat pukulan besar. Situasi ini sekaligus menandai tantangan tersulit di era pemerintahan Presiden Joe Biden.
Kenaikan harga gas global disebut-sebut menjadi pemicu kenaikan inflasi pada bulan Maret. Indeks harga bensin naik 18,3 persen pada bulan Maret atau menyumbang lebih dari setengah dari kenaikan bulanan untuk semua barang. Meski harga gas dalam negeri menunjukkan tren penurunan, beberapa ekonom berpendapat bahwa itu terjadi karena inflasi telah mencapai puncaknya.
Sementara itu, indeks harga makanan naik 1 persen di bulan Maret atau naik 8,8 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Harga buah dan sayuran kalengan juga naik 3,8 persen, beras 3,2 persen, kentang 3,2 persen dan daging giling sebanyak 2,1 persen pada periode Februari-Maret.
Ekonom senior Amerika Serikat di capital economics, Andrew Hunter, memprediksi harga energi akan turun dalam beberapa bulan ke depan. Hunter menambahkan angka tersebut kemungkinan akan memperkuat rencana Federal Reserve untuk menaikkan suku bunga acuan guna menekan inflasi.
“Dengan pejabat Fed terdengar lebih hawkish dari hari ke hari, data pada bulan Maret tidak akan mengubah rencana mereka untuk menaikkan laju kenaikan suku bunga menjadi 50 basis poin mulai bulan depan,” tutup Hunter. [Mohamad Deny Irawan]