Crawley, Gontornews – Sebuah penelitian menunjukkan, perubahan iklim menyebabkan gletser Totten berada dalam kondisi kritis. Gletser Totten merupakan gletser yang tidak stabil di Antartika timur.
Gletser Totten juga dianggap sebagai gletser yang paling bertanggung jawab atas naiknya level air laut di dunia.
Antartika timur merupakan benua es terluas di dunia. Antartika timur memiliki lapisan es yang lebih stabil ketimbang lapisan es yang lebih tipis di Antartika barat. Meski demikian, keberadaan gletser Totten di Antartika timur dianggap sebagai satu gletser paling rentan di wilayah tersebut.
Menurut Dr Alan Aitken dari University of Western Australia, dalam mengamati pergerakan gletser Totten dibutuhkan sebuah pendekatan yang baru. Ia mengingatkan, pendekatan tradisional tidak dapat lagi digunakan.
“Sementara itu, penggunaan model tradisional tidak disarankan mengingat gletser bisa saja runtuh sewaktu-waktu. Kita membutuhkan model yang terbaru,†ungkapnya dalam tulisan di jurnal sains, Nature. Aitken melakukan penelitian terhadap stabilitas lapisan es di gletser Totten.
“Kami mengonfirmasi bahwa di masa lalu, longsornya (gletser Totten) telah terjadi dan kemungkinan hal tersebut akan terjadi kembali mengingat pemanasan global berada antara 3-6 derajat celcius,†tambahnya.
Sejumlah peneliti mulai mempelajari pola erosi yang terdapat pada lapisan es dengan menggunakan topografi tanah di bawah es. Selain itu, peneliti juga mengamati kikisan pada batu sendimen yang terjadi akibat aktivitas dari gletser.
Di luar lapisan es, mereka mengidentifikasi area seluas 100 kilometer persegi dari lereng bawah ke arah laut yang memungkinkan lelehan es mengalir ke laut.
Selain area tersebut, peneliti juga mempelajari daerah tidak stabil seluas 200 km yang melengkung ke bawah menjauhi laut.
Hal ini diperlukan agar lelehan es mengalir ke kolam yang terletak dibawah lapisan es dan tidak mengalirkannya ke laut.
Hasilnya, 100 kilometer lapisan es pertama diprediksi akan mencair pada ratusan atau ribuan tahun mendatang.
Dengan mencairnya seluruh lapisan tersebut, permukaan air laut diprediksi pula akan meningkat setinggi 90 centimeter.
Masalah utama terjadi pada lapisan es yang tidak stabil. Seiring dengan semakin menghangatnya permukaan air laut, lapisan es yang mencair akan semakin cepat.
Bahkan, hanya dengan hitungan 10 tahun, kenaikan air laut bisa mencapai 1,5 meter.
“Kami akan mencapai titik kritis,†kata Aitken.
Ia mengatakan skenario ini akan berhasil apabila masyarakat di dunia mulai membatasi pemanasan global hingga 2 derajat seperti saat ini.
“Dengan menggunakan sistem ini, kami memiliki ruang bernapas untuk mengurangi peningkatan suhu ke zona yang stabil (kenaikan 2 derajat Celcius),†katanya.
“Namun, jika melebihi titik tersebut, maka kita sedang melihat kontribusi tambahan yang tidak dapat dihindari dan terjebak pada target kami,†pungkasnya. []Mohamad Deny Irawan/Rus]