Bondowoso, Gontornews — Pusat Inkubasi Bisnis Syariah (Pinbas) Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur menggelar panen perdana bawang putih. Panen bawang putih dihadiri pula oleh Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur Ir Wahid Wahyudi, menjelaskan panen perdana ini merupakan hasil tanam pertama yang dimulai sejak bulan Pebruari 2019 lalu.
“Panen ini agak terlambat, Karena baru kita mulai tanam bulan Pebruari. Biasanya tanam bawang di musim hujan, sekitar bulan Oktober-Nopember, ” ujar Wahid Wahyudi.
Wahyudi menambahkan, Pinbas MUI Jatim adalah satu satunya lembaga ekonomi di bawah MUI yang otonom, yang salah satu tugasnya adalah mengembangkan ekonomi berbasis syariah.
“Sampai hari ini, Pinbas MUI Jatim termasuk produktif,” katanya.
Menurutnya, kebutuhan bawang putih di Jawa Timur masih relatif cukup banyak, namun produksi atau kesediaan masih sangat kurang.
“Kebutuhan bawang putih untuk Jatim 5650 ton perbulan, tetapi yang bisa dipenuhi hanya 3040 ton, 94 % sisanya, masih impor dari China.”
Secara kualitas, lanjutnya, bawang putih lokal dari Ijen ini cukup bagus, lebih pedas dan berkualitas. Hanya saja, harganya kalah dengan impor dari Cina.
“Impor dari Cina, murah, perkilo 23 ribu. Sementara harga bawang lokal, 50 ribu.” tambahnya.
Untuk itu, dalam kesempatan itu Ia mengajak semua pihak untuk meningkatkan kualitas dan produksi, agar bawang putih lokal tidak hilang.
Sementara itu, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansah menyambut gembira atas apa yang telah diinisiasi MUI Jatim untuk meningkatkan ekonomi keumatan.
“Terima kasih MUI, atas inisiasinya mengenbangkan potensi masyarakat,” kata Khofifah di hadapan masyarakat, ulama dan petani bawang putih.
Selanjutnya ia mengatakan akan menfasilitasi Pinbas-MUI untuk menemui investor asal Taiwan yang sudah beberapa hari mencari lokasi yang kayak untuk menanam bawang putih.
“Besuk pagi Pinbas MUI harus ke Surabaya karena ada calon investor dari Taiwan. Sebelumnya saya sudah minta mereka tiga hal; bibit , teknologi dan pendampingan yang harus mereka siapkan,” ujarnya.
Khofifah berharap, keputusan Kementerian Pertanian, tentang Rekomendasi Impor Produk Hortikultura (RIPH) terkait kewajiban penanaman bawang putih sebanyak 5 persen dari total impor bisa dimanfaatkan mengisi tanam bawang putih lokal.
Ketua MUI Jatim, KH Abdussomad Buchori mengajak semua pihak ambil bagian memakmurkan masyarakat.
“Membangun negara diperlukan ilmunya ulama, adilnya para pejabat, dan kedermawanan orang-orang kaya.Karenanya, Jangan sampai kekayaaan berputar pada orang-orang tertentu, tapi harus merata, ” ujarnya.
Menurut Kiai Somad, arus baru ekonomi harus dimulai dari bawah, sambil mengutip Quran Surat al- a’raf: 96, Yang artinya “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri (_al-quro_) beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.”
_”Al-Quro_ adalah jamak dari al-qoriyah yang artinya kampung/desa. Jadi membangun ekonomi ummat harus dari desa,” tambahnya.
Ia juga mengatakan, Umat Islam harus pintar dalam berekonomi, sebab kefakiran mendekatkan orang pada kerusakan. Demikian dengan Ulama umara perlu menyatu dalam pembangunan umat agar lahir baldatun tayyibatun warabun ghafur.
Kepala Perhutani Divisi Regional Jatim Oman Suherman mengatakan, pihaknya siap menfalitasi Pinbas MUI, untuk menfaatkan lahan agar bisa memberi kesejahteraan masyarakat.
“Penananaman uji coba yang dilakukan pinbas-MUI Jatim baru 41 hektar. Kalau MUI mau, masih ada 500 ha masih bisa dikelola,” katanya.
Herman menambahkan, kerjasama Pinbas MUI dengan Perhutani ini adalah sharing kerjasama: 70 % untuk masyarakat, 20 kembali ke Pinbas, 10 % sisanya ke Perhutani.
Sebelum ini, melalui proyek percontohan program domba nasional (Prodombas) dengan memanfaatkan lahan hutan Perum Perhutani, Pinbas sudah berhasil mengenbangkan domba dan sapi.
“Menjelang Idul Adha ini kita sudah laku 8000 ekor domba, ” kata drh Haryo, penanggung jawab Prodombas.[Devi Lusianawati]