Depok, Gontornews — “Pola pelaku seks sesama jenis kerap terbentuk dari pola pengasuhan, faktor biologis, kecanduan media, komunitas, dan kurangnya penerapan nilai-nilai agama Islam,” jelas Agung Sugiarto. Menurutnya, kesalahan yang kerap terjadi di masyarakat antara lain banyaknya orang yang masih tidak memahami batasan aurat khususnya batasan aurat laki-laki. Sehingga ketika ada lelaki yang membuka auratnya seperti memperlihatkan bagian atas lututnya, bukannya perempuan saja yang tertarik, namun juga laki-laki lain ikut tertarik.
Pria yang biasa disapa Kak Sinyo itu pun kemudian menjelaskan tentang orientasi seks kaum ‘Pelangi’ atau homoseksual atau LGBT (Lesbian, Gay, Biseksul, Transgender) awalnya karena hasrat seks yang bercampur dengan rasa cinta dan senang. “Tapi seiring zaman, hanya berbicara tentang hasratnya saja, yakni hasrat seksual,” terang Sinyo kepada Gontornews.com.
Dalam sebuah Seminar Parenting yang dilaksanakan secara online lewat aplikasi Zoom dan turut dihadiri beberapa pakar seperti Ayah Irwan Rinaldi dan Ustadz Bedri Jaisyurrahman tersebut, Pendiri Yayasan Peduli Sahabat itu menambahkan bahwa awalnya orientasi seks ini hanya satu, tapi sekarang jadi berkembang seperti heteroseksual, homoseksual, biseksual, dan aseksual.
Secara ilmu pengetahuan orientasi seks bisa berubah. “Ada yang bilang murni dari pengaruh biologis atau pendidikan lingkungan, dan ada yang bilang dua-duanya berpengaruh,” tekannya.
Hal yang perlu diketahui selanjutnya adalah terkait tindakan seks sesama jenis. Sebelum melakukan tindakan seks, seseorang biasanya akan melewati beberapa tahapan terlebih dulu yakni niat dan tekad. Baru setelah itu tahapan tertingginya yaitu tindakan seks. Tindakan seks ini tidak mesti sesuai dengan orientasi seks, bisa dilakukan kepada siapa pun, sesama jenis, binatang, dan sebagainya.
LGBT sampai sekarang memang masih menjadi topik hangat yang selalu dibincangkan publik. Bahkan, beberapa pihak menjadikan isu ini menjadi ‘ancaman serius’. Tentu saja, para pegiat dan pelaku LGBT membantah kalau perilakunya dianggap ancaman serius. Sebagaimana jamak diketahui, LGBT dianggap sebagai perilaku yang menyimpang bahkan termasuk penyakit. [Edithya Miranti]