Ankara, Gontornews — Pemerintah Turki memutuskan untuk memanggil duta besar Swedia untuk Ankara setelah pemerintah Swedia mengizinkan pemimpin rasis antimuslim, Rasmus Paludan, membakar Al-Qur’an di luar kantor kedutaan Turki di Stockholm.
The Washington Post melaporkan bahwa pemerintah Swedia memberikan izin kepada Rasmus Paludan untuk membakar kita suci Al-Qur’an di depan gedung kedutaan Turki pada Sabtu, 21 Januari 2022.
“Setelah mengetahui bahwa tindakan pembakaran kitab suci Al-Qur’an di dekat kantor kedutaan kami di Stokcholm mendapatkan izin, Kementerian kami memanggil duta besar Swedia untuk Ankara hari ini,” ungkap sumber dari Kementerian Luar Negeri Turki sebagaimana dilansir media lokal Turki berbahasa Inggris, TRT World.
Pemerintah Turki telah menyampaikan kepada duta besar Swedia bahwa mereka mengutuk keras tindakan provokatif tersebut seraya menyebut tindakan tersebut merupakan bagian dari kejahatan rasial.
“Sikap Swedia tidak dapat diterima. Kami berharap tindakan itu tidak diizinkan. Penghinaan terhadap nilai-nilai sakral tidak dapt dipertahankan dengan kedok demokrasi,” ungkap Kementerian.
Turki juga memperingatkan Swedia bahwa pemberian izin demonstrasi kelompok PKK dan afiliasinya di Stockholm merupakan pelanggaran terhadap perjanjian tripartit.
Sebagai informasi, pemerintah Swedia mengizinkan demonstrasi anti-Islam yang diinisiasi oleh Rasmus Paludan, seorang politisi berdarah Denmark-Swedia. Rencananya, dia akan membakar Al-Qur’an di depan kedutaan Turki di Stockholm setelah serangkaian skandal terkait keanggotaan NATO bagi Swedia.
Paludan berpendapatn bahwa tindakan pembakaran Al-Qur’an merupakan bentuk dukungan terhadap kebebasan berekspresi yang menurutnya telah hilang.
Selain rencana untuk membakar Al-Qur’an, Paludan juga menggambarkan sosok Presiden Turki, Racip Tayyip Erdogan, sebagai sosok diktator Muslim.
“Saya tidak masalah Swedia bergabung dengan NATO. Tetapi, Anda tidak bisa menuntut kami menghapus kebebasan berekspresi sebagai bagian dari pengajuan tersebut,” kata Paludan sebagaimana dilansir Al-Mayadeen.
Meski demikian, Pemerintah Swedia mengecam keras tindakan yang dilakukan oleh Paludan. Pemerintah menganggap seruan Paludan merupakan sabotase dari upaya keanggotaan NATO Swedia yang bergantung pada persetujuan Ankara.
“Saya memahami kemarahan Turki. Kami akan menunjukkan kemarahan yang sama jika itu terjadi di negara lain, yang diarahkan pada politisi Swedia terkemuka,” kata Perdana Menteri Swedia Ulf Kristerssoon.
Turki membalas bahwa hubungan diplomatik mereka dengan Swedia akan semakin memanas kecuali Stockholm mengambil tindakan tegas.
“Stockholm tidak boleh menerima tawaran NATO jika terus mengabaikan provokasi semacam itu,” tutup pernyataan resmi pemerintah Turki. [Mohamad Deny Irawan]