Baghdad, Gontornews — Ribuan warga Irak telah menentang larangan protes dan berunjuk rasa di jantung ibukota, Baghdad, untuk menuntut diakhirinya sektarianisme dan korupsi.
Para demonstran berkumpul di Tahrir Square Jumat (15/7), memegang spanduk bertuliskan, “Ya, ya untuk reformasi. Tidak, tidak untuk sektarianisme. Tidak, tidak untuk korupsi.”
Protes terus berlangsung meskipun pasukan keamanan memperingatkan Kamis (14/7) bahwa demo yang digerakkan oleh ulama Syiah berpengaruh, Muqtada al-Sadr, itu Γ’β¬Λtidak sahΓ’β¬β’ dan akan diperlakukan sebagai Γ’β¬Λancaman terorisΓ’β¬β’.
Sadr telah menyebabkan unjukrasa berulang dalam beberapa bulan terakhir, beberapa dari mereka melanggar Zona Hijau, kawasaan pusat pemerintah dan diplomatik.
Sadr telah menyerukan reformasi politik dan ekonomi di Irak. Ia menuntut pembentukan pemerintah teknokrat untuk mengakhiri apa yang dia katakan sebagai sistem pembagian kekuasaan yang korup antara faksi-faksi sektarian dan politik yang bersaing di negara itu.
Perdana Menteri Irak, Haider al-Abadi, awalnya sepakat untuk merombak kabinet pada bulan Februari lalu dengan memasukkan para teknokrat dalam pemerintahan. Tapi ia tetap menghadapi tekanan yang kuat dari oposisi.
Beberapa nama telah dinominasikan masuk kabinet Abadi pada bulan April, tetapi pengadilan kemudian membatalkan sidang parlemen.
Mowaffak al-Rubaie, mantan penasihat keamanan nasional Irak, mengatakan ia tidak menyalahkan pengunjuk rasa yang marah karena Irak banyak menghadapi masalah, tapi memperingatkan agar demo tidak menjadi anarkhis.
“Saya tidak menyalahkan mereka yang marah … tapi saya meminta para demonstran untuk tetap damai,” katanya kepada Al Jazeera.
“Unjukrasa ini seharusnya tidak berubah menjadi konfrontasi dengan polisi atau tentara. Mereka harus menghindari menyerbu kantor-kantor pemerintah. Tidak boleh anarkhis.” [Rusdiono Mukri]