Abu Dhabi, Gontornews — Anggota senior keluarga kerajaan Arab Saudi, Pangeran Turki al-Faisal, mengatakan, temuan CIA yang menyebutkan bahwa Putra Mahkota Mohammad bin Salman (MBS) memerintahkan pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi di Istanbul bulan lalu, diragukan.
“CIA belum tentu akurat dalam menilai situasi. Banyak contohnya,” katanya kepada wartawan di Abu Dhabi, Sabtu (24/11).
Seperti dikutip Aljazeera, Pangeran Turki al-Faisal, mantan kepala intelijen Saudi yang juga menjabat sebagai duta besar untuk Amerika Serikat, itu lalu mencontohkan kesimpulan CIA yang menyatakan Irak memiliki senjata kimia sebelum invasi AS pada tahun 2003. Terbukti kemudian Irak tidak memiliki senjata kimia.
“Itu contoh yang paling mencolok dari penilaian yang tidak akurat dan salah, yang menyebabkan perang skala besar dengan ribuan orang terbunuh,” katanya pada acara yang diselenggarakan oleh Beirut Institute.
“Saya tidak mengerti mengapa CIA tidak diadili di Amerika Serikat. Ini adalah jawaban saya untuk penilaian mereka tentang siapa yang bersalah dan siapa yang tidak dan siapa yang melakukan apa di konsulat di Istanbul.”
CIA telah menyimpulkan bahwa Pangeran Mohammed memerintahkan operasi untuk membunuh Khashoggi, seperti yang pertama dilaporkan oleh Washington Post.
Sebuah surat kabar Turki juga melaporkan pada hari Kamis bahwa Direktur CIA Gina Haspel memberi isyarat kepada pejabat Turki bahwa agen itu memiliki rekaman telepon di mana putra mahkota memberi instruksi untuk “membungkam” Khashoggi.
Khashoggi terbunuh di konsulat Saudi di Istanbul pada 2 Oktober dalam operasi yang menurut pemerintah Turki diperintahkan oleh pimpinan tertinggi Saudi. [Rusdiono Mukri]