Suatu kali KH Amal Fathullah Zarkasyi pernah menasihati agar alumni tetap menjalin ukhuwah antarmereka dan mempererat tali persaudaraan tersebut dengan berbagai cara. Namun tak sekadar berkumpul atau ber-“tajammuk” yang kumpul sekadar kangen-kangenan, melepas rindu hingga makan-makan atau bahkan ngopi bercengkerama hingga larut malam bahkan sampai pagi menjelang. Tajammuk model begitu tetap ada guna meski kurang bermakna.
Senada dengan anjuran itu, pekan lalu, tepatnya tanggal 24 hingga 25 Mei 2025, kawan-kawan alumni 92 melakukan Tajammuk bersama dalam rangka Sarasehan Lembaga Pendidikan yang diinisasi oleh kawan marhalah, H Agus Maulana Hamid, yang hingga kini masih dipercaya untuk menahkodai kapal besar Forbis.
Bertempat di Pondok Modern Darul Falah (DAFA), Cimenteng, Subang, fokus utama pembahasan selama sarasehan berlangsung tentang tiga materi pokok. Pertama, Membangun Kemandirian Ekonomi Pondok oleh KH Omi Qozimi. Kedua, Mempersiapkan Lulusan Pesantren untuk Studi ke Timur Tengah oleh KH Ahmad Hafifi. Ketiga, Membangun Lembaga Ziswaf Pesantren oleh Yon Hendri.
Tajammuk dan Sarasehan Lembaga Pendidikan ini dihadiri oleh kawan-kawan alumni Country 92 dari berbagai wilayah dan dari berbagai lembaga pendidikan. Baik formal maupun nonformal hingga para dosen yang mengajar di perguruan tinggi dalam negeri maupun luar negeri. Beberapa kiai dari kawan-kawan Country juga turut serta dalam acara. Sebut saja KH Mahfudz Mustia dari Padang Panjang, KHM Bahin dari Sawangan Magelang, dan KH Yusfi Hadi dari Jember Jawa Timur.
Sabtu pagi hingga Dzuhur kawan-kawan Country berdatangan dari berbagai penjuru. Lokasi PM DAFA Cimenteng berada di balik bukit yang jauh dari perkotaan. Jalan berkelok dengan udara segar meski butuh waktu karena terjalnya medan. Namun semua terbayar oleh asri dan indah serta mewahnya bangunan PM DAFA yang dirintis oleh kawan Agus Maulana. Plus keramahan santri yang menyambut semua tamu yang datang.
Setelah shalat Ashar dilangsungkan acara pembukaan sarasehan di masjid pondok yang megah dengan mengikutsertakan seluruh santri putra maupun putri. Seluruh petugas yang didaulat dalam acara berasal dari unsur santri.
Tampak sangat kontras pemandangan yang terlihat bahwa santri di balik bukit yang jauh dari perkotaan mampu tampil dengan sedemikian smart, elegan dan sangat terpelajar.
Acara inti sarasehan dimulai selepas shalat Isya, tepatnya setelah makan malam bersama. KH Omi Qozimi menjadi pemateri tunggal malam itu yang berbicara panjang lebar tentang pengalamannya membangun kemandirian dan kedaulatan ekonomi pondok.
Pondok Darunnaim yang dipimpinnya merupakan pondok dengan mengadopsi dan menduplikasi total keseluruhan sistem Pondok Modern Gontor. Di antara pondok alumni yang bertebar, Darunnaim bisa dikategorikan sebagai pondok dengan kekuatan dan kemandirian ekonomi yang luar biasa.
Sejak masa-masa awal merintis perekonomian pesantren, Kiai Omi mengharamkan dirinya bersentuhan dengan berbagai tawaran hutang bank yang kelak bisa menjerat. Ia dengan jeli melihat setiap peluang menjadi saham yang bernilai demi tumbuh kembang perekonomian pondok. Berbagai unit usaha produktif didirikan dengan semangat berdikari dan kewirausahaan yang memahat dalam diri.
Tak hanya sebatas pengelolaan uang jinak dan liar yang masuk dalam lahan garapan. Berbagai terobosan dilakukan oleh Kiai Omi dalam upaya mewujudkan kedaulatan ekonomi pondok.
Kebutuhan logistik ribuan santri merupakan potensi pasar besar jika pondok bisa memenuhi semua yang mereka butuhkan dalam keseharian. Kiai Omi tak sekadar jawara yang berkutat dalam kandang. Ia merambah ke pasar yang lebih luas demi mengokohkan perekonomian pondok dengan mendirikan berbagai unit usaha baru demi memenuhi kebutuhan masyarakat luas.
Tak kurang dari 50 unit usaha di berbagai bidang, mulai dari kelontong hingga toko bahan bangunan telah mampu dikelola dengan baik dengan keuntungan fantastik yang terus diputar kembali demi membiayai dan mengembangkan pondok yang dipimpinnya.
Paparan Kiai Omi dilanjut dengan sesi tanya jawab yang dimoderatori oleh Agus Maulana sebagai tuan rumah. Banyak pertanyaan muncul yang dijawab dengan gamblang oleh narasumber. Melalui sarasehan banyak ilmu yang didapatkan oleh kawan-kawan tentang bagaimana memulai kemandirian ekonomi pondok. Tak terasa hingga tengah malam kawan-kawan masih asyik dalam sarasehan mendiskusikan tentang kedaulatan ekonomi pondok.
Dilanjut pagi hari Kiai Hafifi, pimpinan Mumtaza Center menularkan kiat-kiat tentang studi lanjut para santri yang ingin belajar ke negara-negara Timur Tengah. Peluang untuk studi di negara-negara Timur Tengah sangat terbuka lebar bagi mereka yang memiliki cita-cita ke sana. Itu berlaku bagi mereka yang menginginkan beasiswa maupun mandiri.
Tajammuk dan Sarasehan Balai Pendidikan dan Pesantren di PM DAFA Cimenteng Subang tak sekadar Tajammuk dan silaturahmi biasa. Namun Tajammuk penuh makna dengan agenda penting terjadinya silah afkar silah iqtishad, silah ta’awun antarkawan-kawan alumni Country 92. Bahkan di Cimenteng pula Kiai Bahin yang menghadapi problem serius tentang air bersih untuk para santri sama-sama dibicarakan antarkawan-kawan pimpinan pondok dan akhirnya dibantu oleh salah seorang kawan pimpinan pondok lain yang telah memiliki surplus soal pendanaan pondok.
Selepas acara dan saat pulang, kawan-kawan Marhalah yang ikut serta dalam Tajammuk dan Sarasehan saling memberikan testimoni. Sepulang dari PM DAFA semua peserta kekenyangan. Kenyang lahir dan batin. Selain temu kangen antarkawan, mereka semua mendapatkan ilmu baru, wawasan baru, perspektif dan cara pedang baru, suntikan semangat baru dan juga jalinan lebih erat lagi dalam rangka saling ber-ta’awun penuh mahabbah demi maslahat ummat.
Berkaitan dengan Tajammuk Country 92, Ust Noor Syahid, Ketua IKPM Pusat memberikan apresiasi tersendiri bagi Tajammuk Countryun 92. Bahwa aktivitas yang beliau baca sesuai dengan Program Perubahan Image tentang IKPM yang beliau gaungkan.
Lebih lanjut beliau menyatakan bahwa harus ada perubahan image seperti yang terjadi pada IKPM dari Tajammuk Ikut Kami Pasti Makan (IKPM) yang berubah kepada Ikut Kami Pasti Masyhgul Kegiatan dengan tetap tahu bahwa IKPM adalah Ikatan Keluarga Pondok Modern.
Juga bahwa Tajammuk yang sekadar nostalgia dengan sekadar full rokok-an, ngobrol tak karuan, udud, kopi sampai pagi harus berubah kepada Tajammuk untuk membicarakan hal-hal yang fungsional.
Beliau juga memberikan catatan penting tersendiri soal Tajammuk, bahwa Tajammuk yang terkesan sekadar hura-hura motor-an sana sini, jaket hitam, bal-balan harus berubah kepada Tajammuk yang Ilmiah (sarasehan, ngaji, bicarakan masa depan, penelitian, dsb).
Selanjutnya, bahwa Tajammuk yag terkesan keluar dari Komunitas Santri dan Pesantren harus berubah menjadi Tajammuk yang justru mampu menjaga Nilai-nilai Pesantren dan jaga Komunitas Santri. []