Manila, Gontornews — Informasi terbaru dari Filipina, tentara Filipina terus meningkatkan operasi militer untuk meringkus kelopok Abu Sayyaf. Setidaknya kekuatan Abu Sayyaf mulai berkurang karena banyak anggota Abu Sayyaf yang terluka pasca bentrok dengan tentara Filipina. “Kami menerima informasi terbaru bahwa dari kelompok Abu Sayyaf telah jatuh korban 24 orang,” kata Juru Bicara Angkatan Bersenjata Filipina (AFP) Brig Jenderal Restitute Padilla.
Dalam konferensi pers yang digelar di Manila (12/4), ia mengoreksi laporan bahwa di antara korban tewas selama pertempuran di Basilan adalah Furuji Indama kepala Abu Sayyaf di pulau Basilan, Filipina Selatan. Berdasarkan informasi yang dia peroleh, Furuji Indama tidak meninggal tapi mengalami luka yang cukup parah, “Kami memiliki informasi bahwa ia telah terluka kritis. Saya ulangi, Indama tidak dibunuh, “ katanya.
Sebelumnya, bentrokan terjadi antara militer Filipina melibatkan pasukan dari Batalion Pasukan Khusus Ke-4 Angkatan Darat dan Batalion Infantri Ke-44 melawan 120 petempur Abu Sayyaf pada Sabtu (9/4) di pulau Basilan, Filipina Selatan. Bentroan tersebut mengakibatkan meninggalnya 18 tentara Filipina dan lima miilitan Abu Sayyaf.
Operasi militer Filipina terhadap kelompok separatis Abu Sayyaf yang menewaskan 18 tentara menjadi perhatian khusus pasukan TNI yang saat ini bersiaga di Tarakan, Kalimantan Utara. Pasukan tentara Indonesia tidak boleh lengah dalam menjalankan operasi yang justru akan berdampak fatal. “Kami memantau kejadian di Filipina. Ini jadi pembelajaran dan referensi baru. Kelengahan dalam operasi tabu bagi kita,” ujar Kepala Penerangan Komando Daerah Militer VI/Mulawarman Kolonel Infanteri Andi Gunawan.
Dilansir dari tempo.com, sejumlah pasukan elite TNI masih berlatih dan siaga penuh di perbatasan Indonesia – Filipina. Pasukan TNI yang menjalankan latihan Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) itu terus menjalankan latihan di unit masing-masing dan mengikuti perkembangan di lapangan berkenaan dengan penyanderaan 10 Warga Negara Indonesia oleh perompak Filipina yang mengatasnamakan Abu Sayyaf.
Andi menuturkan, sesama tentara tentu memiliki misi yang sama dalam perang. Setiap kegagalan dan keberhasilan dalam konteks operasi perang suatu negara akan menjadi perhatian. “Itu jadi bahan buat pembelajaran menyusun skenario serangan. Intinya mengantisipasi jangan sampai jadi sasaran empuk,” katanya.[ahmad muhajir]