New York, Gontornews — Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memulai proses pemilihan sekretaris jenderal untuk menggantikan Ban Ki-moon yang masa jabatannya akan berakhir pada akhir 2016. Sesuai hasil sidang Umum PBB tahun lalu bahwa pemilihan calon sekjen PBB tahun ini dilakukan secara langsung. Cara ini akan mengubah tradiri PBB yang berdiri 70 tahun lalu dengan cara tertutup.
Presiden Majelis Umum PBB Mogens Lykketoft mengatakan, para kandidat ini akan dipilih berdasarkan kemampuannya dalam menekankan kemerdekaan, memiliki moral yang kuat, keterampilan politik dan diplomatik yang besar, serta memiliki pengalaman sebagai kepala lembaga besar. Kandidat terpilih nantinya harus bisa membawa masa depan PBB semakin lebih baik. “Kami berlayar diperairan yang belum dipetakan disini,” ujarnya saat diskusi informal dengan para kandidat di markas PBB New York (12/4).
Ada delapan kandidat yang siap memimpin organisasi yang berdiri tanggal 24 Oktober 1945 ini. Antara lain Kepala UNESCO Irina Bokova dari Bulgaria, mantan Perdana Menteri Selandia Baru sekaligus Kepala Program Pembangunan PBB Helen Clark, mantan pimpinan Badan PBB untuk Pengungsi (UNHCR) Antonio Guterres dari Portugal, serta mantan Menlu Moldova Natalia Gherman.
Selama tiga hari ke depan, delapan calon ini digilir untuk menyampaikan paparan visi misinya. Mereka harus mampu menjawab berbagai pertanyaan yang berhubungan dengan pembangunan berkelanjutan, bagaimana meningkatkan upaya untuk menciptakan perdamaian, bagaimana melindungi hak asasi manusia, menghadapi bencana kemanusiaan besar, dan cara mengatasi tantangan yang didefinisikan oleh 2030 Agenda Pembangunan Berkelanjutan.
Proses seleksi ini dimulai Juli hingga September mendatang. Nanti setiap anggota DK PBB akan mengirimkan satu nama kandidat yang mereka dukung ke majelis umum. Majelis umumlah yang memberikan putusan terakhir. Selama ini, pemilihan Sekjen PBB sangat tertutup. Setiap kali ada lowongan, mereka yang tertarik bakal melobi lima anggota tetap Dewan Keamanan (DK) PBB. Yaitu Inggris, Prancis, Tiongkok, Rusia, dan Amerika Serikat (AS). Tentu saja, lobi itu dilakukan secara tertutup dan menyalahi prinsip demokrasi yang selama ini didengung-dengungkan negara-negara tersebut.
Saat ini Sekjen PBB dijabat oleh diplomat asal Korea Selatan Ban Ki-Moon. Ban terpilih sejak pertama tahun 2006 dan kembali terpilih periode kedua lewat hasil Sidang Umum untuk masa jabatan 2012 hingga 2016. PBB atau dikenal sebutannya UN (United Nations) bermarkas di New York, Jenewa, Nira dan Wairobi. Disinilah Sidang Umum PBB, Dewan Keamanan PBB dan Dewan Ekonomi dan Sosial PBB bersidang.
Namun sejak berdirinya, banyak kontroversi dan kritik tertuju pada PBB diantaranya disebut sebagai pemerintah seluruh dunia. Pada tahun 1965, Indonesia pun pernah memutuskan untuk mundur dari PBB dan mendirikan CONEFO dibawah kepemimpinan Presiden Soekarno.[ahmad muhajir]