Quito, Gontornews — Sebuah laporan terbaru dari UNICEF, Jumat (09/12/2022), menyebut 50 persen rumah tangga Ekuador, dengan anak-anak, mengalami kesulitan makanan pada tahun 2021 akibat pandemi. Akibatnya, 27 persen anak di Ekuador mengalami gangguan perkembangan karena kekurangan gizi kronis.
Selain kekurangan atau kelangkaan makanan, 72,3 persen anak-anak Ekuador juga mengalami kekurangan layanan dasar untuk perkembangan anak semisal kesehatan dan pendidikan.
Sebagai informasi, Ekuador memiliki tingkat malnutrisi anak kronis tertinggi kedua di Amerika Latin, setelah Guatemala. UNICEF menyebut satu dari tiga anak Ekuador mengalami malnutrisi. Dari jumlah tersebut, 40,7 persen adalah penduduk asli meski penduduknya hanya 7 persen dari total populasi di Ekuador. Malnutrisi juga mengakibatkan lebih dari seperlima anak-anak Ekuador mengalami kesulitan pembelajaran.
Erwin Ronquillo, Sekretaris program pemerintah Ecuador Grows Without Malnutrition, mencatat kasus malnutrisi sebagai penyakit kronis yang terjadi di antara 18 juta penduduk Ekuador. Kondisi tersebut terjadi di mana-mana, namun situasi terparah justru terjadi di daerah pedesaan dan masyarakat adat di negara itu.
“Sulit mendapatkan pekerjaan (sebagai pekerja rumah tangga) apalagi setelah pandemi,” ungkap Neiri Espinosa, seorang ibu yang tinggal di lingkungan terpencil Pisuli di Quito, kepada Reuters.
Di wilayah Pisuli, Espinosa bersama anak-anaknya, yang berusia 4 dan 8 tahun, tidak bisa makan daging. Ketidakmampuan Espinosa terjadi karena ia kesulitan mendapatkan pekerjaan setelah pandemi.
Presiden Ekuador, Guillermo Lasso, telah berjanji untuk memerangi malnutrisi kronis dengan menggelontorkan dana hingga 350 juta dolar Amerika Serikat guna meningkatkan layanan kesehatan, keluarga, pendidikan hingga konseling. [Mohamad Deny Irawan]