Harare, Gontornews – Menyusul beredarnya info yang mengabarkan bahwa wabah kolera telah menyebar di Zimbabwe, Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) dan Palang Merah Internasional meningkatkan status tanggap darurat di Zimbabwe.
Mereka menganggap peningkatan status tersebut didasari pada pengalaman bahwa wabah kolera di Zimbabwe yang terjadi pada tahun 2008 telah mengakibatkan 4.000 warga meninggal dunia dan 40.000 lainnya terinfeksi wabah mematikan tersebut.
Hingga hari ini, sebagaimana dilansir Reuters, jumlah korban tewas akibat wabah kolera di Zimbabwe mencapai 26 orang. WHO telah mengerahkan paket kesehatan seperti larutan rehidrasi oral, cairan intravena dan antibiotik sebagai penganan awal wabah kolera.
Sementara itu, Palang Merah Internasional juga telah mengerahkan sekitar 1.000 sukarelawan untuk menangani wabah itu. Selain wabah Kolera, warga Zimbabawe juga diserang dengan wabah Typus.
“Sangat menyakitkan ketika kami kehilangan banyak orang sementara kami kesulitan untuk menyampaikan bela sungkawa karena mereka berada dalam kondisi tersebut,” ungkap seorang ibu dari pasien Kolera, Sharon Chiwomboya.
“Kami khawatir anak-anak yang masih sekolah dan orang dewasa juga terinfeksi,” tambah Chiwomboya.
Wabah kolera di Zimbabawe kali ini melanda daerah Budirio dan Glenview setelah air sumur di lingkungan tersebut terkontaminasi limbah. Wilayah Budirio dan Glenview diketahui memiliki populasi sekitar 1,5 juta warga sedangkan kemampuan pasokan air di bendungan hanya cukup untuk 300.000 orang saja. Sedangkan bendungan baru belum selesai dibangun sejak dibangun pada tahun 1990 karena alasan pendanaan.
Semenara itu Menteri Kesehatan Zimbabwe, Obadiah Moyo, menjelaskan bahwa terkontaminasinya air dengan limbah akibat diblokirnya selokan yang rusak dan tidak pernah diperbaiki sejak 2 bulan lalu.
“Seluruh masalah ini muncul sebagia akibat diblokirnya selokan dan telah dilaporkan hanya saja belum pernah diperbaiki setidaknya sejak 2 bulan (yang lalu),” pungkas Obadiah. [Mohamad Deny Irawan]