Riyadh, Gontornews — Sebuah survei terbaru terhadap mahasiswi Saudi yang memperoleh beasiswa di Michigan, Amerika Serikat, rumah bagi komunitas Arab dan Muslim terbesar kedua di Amerika Serikat, mengungkapkan 50 persen responden telah mengalami rasisme atau diskriminasi selama masa studi atau ketika tinggal di Amerika Serikat.
Selama beberapa dekade, media Amerika telah menutup rapat-rapat kisah nyata rasisme dan diskriminasi terhadap Muslim Amerika Afrika, Latin dan penduduk asli Amerika. Tapi sejak tragedi 11 September 2001, Muslim dan Arab di Amerika telah menjadi target utama rasisme. Dengan popularitas calon presiden dari Partai Republik Donald Trump, dan tragedy penembakan baru-baru ini oleh warga AS keturunan Afghanistan di klub malam Orlando, sentimen tersebut makin meningkat dari biasanya.
Sebuah jajak pendapat kepada 54 mahasiswi yang memperoleh beasiswa di Michigan, apakah mereka pernah mengalami rasisme, baik secara langsung maupun tidak langsung, 27 responden menjawab tidak, sedangkan 27 lainnya menjawab ya.
Namun, cerita tentang diskriminasi tidak hanya ada di Michigan. Seperti dirilis arabnews.com, seorang mahasiswi dari Chicago, Illinois mengatakan dia mengalami rasisme di ruang bersalin oleh perawat di rumah sakit. Setelah menyaksikan suaminya melaksanakan shalat, sang perawat yang semula ramah berubah menjadi benci dan jijik. Setelah melahirkan anak, perawat berpaling darinya dan menyebut putrinya “jelek”. Sungguh sebuah pengalaman buruk yang menyebabkan dia depresi tiga tahun pascamelahirkan dan takut untuk melahirkan lagi. [Rusdiono Mukri]