Tripoli, Gontornews — Sekitar 90 orang tenggelam setelah kapal yang mereka tumpangi karam di barat Libya. Demikian menurut Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM).
Jurubicara organisasi yang berafiliasi kepada PBB itu mengatakan, 10 mayat telah hanyut di dekat kota Zuwara dan jumlah korban tewas termasuk setidaknya delapan warga Pakistan dan dua warga Libya.
Sebuah kapal nelayan menyelamatkan satu korban yang selamat, dan dua lainnya berhasil berenang ke darat.
Keadaan seputar bagaimana kapal itu mengalami musibah masih belum jelas.
Rute dari Libya melalui Laut Tengah dengan tujuan Italia dan negara-negara Uni Eropa lainnya menarik hampir 120 ribu orang pada tahun 2017.
Ketika pihak berwenang di Uni Eropa dan Turki secara ketat mengawasi rute antara pantai Turki dan pulau-pulau Yunani, para pengungsi dan migran mencari rute alternatif ke Eropa.
Libya, karena lemahnya pemerintahan pusat dan kedekatannya dengan wilayah Italia, semakin menjadi pilihan bagi banyak pengungsi meskipun ada bahaya mengancam dalam melintasi Laut Tengah.
Penyelundup orang sering mengirim pengungsi dalam perjalanan mereka ke kapal yang penuh sesak dan tidak terawat dengan baik yang berpotensi mengalami kecelakaan seperti kapal terbalik atau tenggelam.
IOM menggambarkan Laut Mediterania sebagai perbatasan paling mematikan di dunia. Sudah 3.116 nyawa melayang saat para migran mencoba menyeberang ke Eropa pada 2017.
Negara-negara Uni Eropa, termasuk Italia, bekerjasama dengan pihak berwenang Libya untuk membendung arus pengungsi yang berusaha melakukan perjalanan. Namun pejabat Libya mengatakan, mereka tidak memiliki sumberdaya untuk menangani masalah ini.
Pada tanggal 10 Januari, sekitar 100 pengungsi meninggal saat perahu karet yang mereka tumpangi terbalik.[Rusdiono Mukri]