Pada awal-awal berdirinya Pondok Modern Gontor, ternyata orang-orang yang simpati dengan Pondok ini bukan orang Gontor sendiri melainkan orang luar Desa Gontor.
Selama 25 tahun pondok ini berdiri, dari tahun 26 hingga tahun 50-an bahkan lebih, belum banyak orang-orang dari Desa Gontor yang mengabdikan diri untuk menjadi guru di Pondok ini atau bahkan tidak sama sekali.
Dan justru orang-orang luar Gontor yang banyak mengabdikan dirinya untuk menjadi guru. Mayoritas mereka adalah alumni Pondok Tegalsari. Seperti Ustadz Shoiman Luqmanul Hakim dari Desa Balong, Ustadz Ibrahim Toyib dan Ustadz Badri dari Desa Ngabar, Ustadz Sirman dari Nglumpang, dan Ustadz Hasuna dari Siwalan.
Banyak santri dari Desa Gontor yang tidak menamatkan pendidikannya. Ada yang menamatkan, namun langsung keluar tanpa mengabdikan dirinya.
Sebelum Pondok ini berdiri, Gontor terkenal dengan sebutan “Nggon Kotor” artinya tempat yang kotor. Kotor di sini bukan berarti kotor desanya dengan sampah-sampah, tetapi kotor karena maraknya kemaksiatan.
Setelah dibina oleh perintis-perintis pondok Gontor Lama, kegiatan maksiat yang merajalela mulai reda. Namun ketika Pondok Gontor Lama mati pada periode ketiga, kemaksiatan yang dulu mati kemudian hidup kembali. Hingga kemudian didirikanlah Pondok Gontor Baru oleh Trimurti.
Berdirinya Gontor baru ini mendapat pertentangan keras dari penduduk sekitar yang sudah terbiasa hidup dalam kemaksiatan. Dulu, masjid yang sering dipakai untuk shalat Jumat adalah Masjid Pusaka dan Masjid Satelit. Butuh waktu lama untuk mendapatkan simpati dari penduduk sekitar.
Ketika itu sebagian penduduk sekitar Pondok memiliki sifat “memet” artinya “mau enaknya saja” atau “mau untungnya saja”. Tidak mau berpayah-payah dalam berusaha, maunya hanya mengambil mudahnya saja.
Alhamdulillah, kita perlu bersyukur. Pada saat sekarang ini, penduduk sekitar Pondok sudah simpati terhadap Pondok ini. Mereka sudah banyak yang membantu Pondok ini.
Dengan tidak mengganggu Pondok, itu sudah menjadi bentuk simpati terhadap Pondok ini. Sudah banyak alumni Gontor yang berasal dari Desa Gontor mengabdikan dirinya untuk menjadi kader-kader Pondok. Hubungan antara pondok dan pengurus desapun sudah terjalin dengan baik.
Membangun hubungan yang baik menyebarkan syiar pondok di masyarakat dengan berbagai kegiatan kemasyarakatan seperti Baksos, KKN, Perkemahan Pramuka Kamis-Jumat dan lain sebagainya. Semoga hubungan baik ini bisa terus terjaga dan terus membaik. Aamiin.[]