Dewasa ini umat Islam sedunia diperkirakan berjumlah dua milyar dari tujuh milyar lebih penduduk bumi. Mereka telah melewati masa-masa perjuangan dari waktu ke waktu, generasi demi generasi, dengan aneka ragam profesi yang digeluti. Masing-masing menyumbangkan ide, gagasan, pemikiran, dan tenaga, serta harta benda untuk kejayaan Islam di mana mereka berada.
Etos kemajuan dan peradaban Islam terletak pada wahyu perdana kepada Nabi Muhammad saw, yakni perintah untuk membaca dan membaca.
ù&tø%$# ÉOó$$Î/ y7În/u Ï%©!$# t,n=y{ ÇÊÈ t,n=y{ z`»|¡SM}$# ô`ÏB @,n=tã ÇËÈ ù&tø%$# y7/uur ãPtø.F{$# ÇÌÈ Ï%©!$# zO¯=tæ ÉOn=s)ø9$$Î/ ÇÍÈ zO¯=tæ z`»|¡SM}$# $tB óOs9 ÷Ls>÷èt ÇÎÈ
Bacalah dengan nama menyebut Tuhanmu yang menciptakan. Menciptakan manusia dari sesuatu yang menempel di dinding rahim. Bacalah, dan Tuhanmu Maha Pemurah. Yang mengajar manusia dengan pena. Mengajar manusia apa yang tidak ia ketahui. (Al-‘Alaq/96:1-5)
Iqra` dapat berarti “bacalah”, atau “suarakanlah”, atau “siarkanlah dengan nyaring” wahyu itu. Mengingat keadaan ketika wahyu pertama itu diturunkan kepada Nabi saw di Gua Hira, sebagai amanat suci ia harus menyampaikan wahyu Allah itu dan mengumumkannya. Membaca dalam arti luas dan menyuluruh ini tidak hanya mengacu pada pribadi dan waktu tertentu, tetapi juga memberikan suatu arahan yang umum sifatnya.
Rasulullah saw tak dapat membaca huruf-huruf duniawi, tetapi kalbu dan pikirannya sudah penuh dengan pengertian rohani. Saatnya sudah tiba untuk tampil ke dunia dan mengumumkan misinya itu dengan nama Allah Yang Maha Pencipta.
Simbol suatu wahyu yang permanen ialah pena dan catatan. Pada waktu-waktu tertentu Allah mengajarkan ilmu baru kepada manusia. Orang makin banyak mendapat pelajaran dari hari ke hari. Bangsa-bangsa dan umat manusia setiap saat bebas belajar ilmu baru. Dalam dunia rohani ini bahkan lebih kentara dan lebih penting. “Di muka bumi ada tanda-tanda bagi orang yang yakin. Juga dalam dirimu, tidakkah kamu lihat?” (Adz-Dzariyat/51:20-21). Tanda-tanda dan bukti-bukti tentang Allah ada dalam alam dan dalam tubuh dan jiwa manusia, asal manusia punya hati nurani dan rohani untuk melihat.
Etos belajar dan literasi di dunia Islam tergambar dalam ayat Al-Quran berikut.
Wahai orang-orang beriman, jika dikatakan kepadamu berilah tempat dalam pertemuan, berilah tempat. Allah akan memberi tempat yang lapang kepadamu. Dan bila dikatakan berdirilah, maka berdirilah. Allah akan mengangkat derajat orang-orang beriman di antara kamu dan mereka yang diberi ilmu. Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al-Mujadilah/58:11)
Di antara karakter umat Islam terdahulu disebutkan dalam Al-Quran sebagai berikut.
Ó£JptC ãAqߧ «!$# 4 tûïÏ%©!$#ur ÿ¼çmyètB âä!#£Ï©r& n?tã Í$¤ÿä3ø9$# âä!$uHxqâ öNæhuZ÷t/ ( öNßg1ts? $Yè©.â #Y£Úß tbqäótGö6t WxôÒsù z`ÏiB «!$# $ZRºuqôÊÍur ( öNèd$yJÅ Îû OÎgÏdqã_ãr ô`ÏiB ÌrOr& Ïqàf¡9$# 4 y7Ï9ºs öNßgè=sVtB Îû Ïp1uöqG9$# 4 ö/àSè=sVtBur Îû È@ÅgUM}$# ?íötx. ylt÷zr& ¼çmt«ôÜx© ¼çnuy$t«sù xán=øótGó$$sù 3uqtFó$$sù 4n?tã ¾ÏmÏ%qß Ü=Éf÷èã tí#§9$# xáÉóuÏ9 ãNÍkÍ5 u$¤ÿä3ø9$# 3 ytãur ª!$# tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qè=ÏJtãur ÏM»ysÎ=»¢Á9$# Nåk÷]ÏB ZotÏÿøó¨B #·ô_r&ur $JJÏàtã ÇËÒÈ
Muhammad adalah utusan Allah. Orang-orang yang bersamanya bersikap keras terhadap orang-orang kafir, kasih sayang antaranya. Kau lihat mereka rukuk dan sujud dalam shalat mencari karunia Allah dan ridha-Nya. Di wajah mereka ada tanda-tanda bekas sujud. Itulah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan dalam Injil. Seperti benih tanaman yang mengeluarkan tunas, kemudian bertambah kuat lalu menjadi besar dan tegak di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati menakjubkan penanamnya. Akibatnya orang-orang kafir jengkel dengan kekuatan orang-orang mukmin. Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal kebaikan di antara mereka, ampunan, dan pahala yang besar. (Al-Fath/48:29)
Orang-orang yang taat kepada Allah swt tiada hentinya melancarkan perang terhadap kejahatan, untuk diri mereka dan untuk yang lain, tetapi dengan saudara-saudara seiman, terutama kepada yang lebih lemah, mereka lemah lembut dan kasih sayang. Setiap ada kesempatan mereka berusaha memberikan simpati dan menolong mereka. Terhadap Allah swt dan Rasul-Nya mereka sangat rendah hati. Demikian pula terhadap semua orang yang mendekatkan diri kepada Allah. Akan tetapi mereka tidak terbawa oleh pengaruh kekuasaan atau kemegahan, juga tidak memuja kegemerlapan dunia. Bekas-bekas kekhusyukan dan sikap rendah hati itu terukir di wajah, menembusi hati nurani mereka. Wajah mereka pun memperlihatkan rahmat dan cahaya Allah. Lembut, ramah, dan sabar, serta selalu siap membantu dan tawakal kepada Allah. Hatinya damai dan tenang.
Bila keadaan menghendaki orang-orang beriman siap sedia berangkat ke medan perang. Berangkatlah kamu baik dalam keadaan ringan maupun berat, dan berjihadlah dengan harta dan jiwamu di jalan Allah. Yang demikian itu lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. (At-Taubah/9:41). Orang-orang beriman pantang minta izin untuk tidak berangkat ke medan perang. Mereka segera bergegas mengangkat senjata, baik menghadapi medan perang yang mudah maupun sukar.
Allah swt mengizinkan mereka berperang tatkala mereka dianiaya ataupun diperangi, sebagaimana tertera dalam ayat Al-Quran berikut.
tbÏé& tûïÏ%©#Ï9 cqè=tG»s)ã öNßg¯Rr’Î/ (#qßJÎ=àß 4 ¨bÎ)ur ©!$# 4n?tã óOÏdÎóÇtR íÏs)s9 ÇÌÒÈ
Kepada mereka yang diperangi diizinkan (berperang), sebab mereka teraniaya. Sungguh, Allah benar-benar kuasa menolong mereka. (Al-Hajj/22:39)
Alasan diperbolehkannya orang-orang mukmin untuk berperang adalah sebagai berikut (artinya). Mereka yang diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar, selain hanya karena mereka berkata, “Tuhan kami ialah Allah”. Sekiranya Allah tidak menghindarkan manusia satu dengan yang lain, niscaya sudah dihancurkan biara-biara, gereja-gereja, sinagoge-sinagoge, dan masjid-masjid yang di dalamnya nama Allah banyak disebut. Allah pasti akan menolong orang yang (berjuang) menolong (agama)-Nya. Sungguh, Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa. (Al-Hajj/22:40)
Sudah menjadi sunnatullah bahwa kemenangan dan kekalahan dalam peperangan itu silih berganti. Kelompok yang besar tidak pasti menang. Kelompok yang kecil pun bisa mengalahkan kelompok besar dengan izin Allah swt. Demikian pula kejayaan dan keruntuhan suatu kaum, umat, atau bangsa. Allah selalu berpihak kepada orang-orang beriman.
Allah mempersatukan hati orang-orang yang beriman. Seandainya Nabi Muhammad saw membelanjakan semua kekayaan yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka. Akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Cukuplah Allah sebagai penolong bagi Nabi dan bagi orang-orang mukmin yang mengikutinya. (Al-Anfal/8:63-64)
Wahai nabi, kobarkanlah semangat orang-orang mukmin untuk berperang! Jika ada di antara kamu dua puluh orang yang sabar, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. Dan jika ada di antara kamu seratus orang yang sabar, niscaya mereka akan dapat mengalahkan seribu orang kafir, sebab mereka kaum yang tidak mengerti. (Al-Anfal/8:65)
Nabi Muhammad saw dan kaum mukminin pernah menghadapi situasi demikian kritis, sebagaimana digambarkan dalam ayat berikut.
÷Pr& óOçFö6Å¡ym br& (#qè=äzôs? sp¨Yyfø9$# $£Js9ur Nä3Ï?ù’t ã@sW¨B tûïÏ%©!$# (#öqn=yz `ÏB Nä3Î=ö6s% ( ãNåk÷J¡¡¨B âä!$yù’t7ø9$# âä!#§Ø9$#ur (#qä9Ìø9ãur 4Ó®Lym tAqà)t ãAqߧ9$# tûïÏ%©!$#ur (#qãZtB#uä ¼çmyètB 4ÓtLtB çóÇnS «!$# 3 Iwr& ¨bÎ) uóÇnS «!$# Ò=Ìs% ÇËÊÍÈ
Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang yang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya, “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. (Al-Baqarah/2:214)
Syarat kejayaan umat Islam adalah jihad di jalan Allah sebagai pengejawantahan iman. Jika kamu mendapat luka (pada perang Uhud), sungguh kaum (kafir) itu pun mendapat luka yang serupa (pada perang Badar). Masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) supaya sebagian kamu dijadikan-Nya syuhada (gugur). Allah tidak menyukai orang-orang zalim. Agar Allah membersihkan orang-orang yang beriman (dari dosa) dan membinasakan orang-orang yang kafir. Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal Allah belum mengetahui orang-orang yang berjihad di antara kamu dan belum mengetahui orang-orang yang sabar. (Ali Imran/3:140-142)
Dalam ayat yang lain Allah swt menggambarkan perjuangan umat terdahulu dalam firman-Nya (artinya).
Tatkala Thalut keluar membawa bala tentaranya, ia berkata, “Sesungguhnya Allah akan menguji kamu dengan suatu sungai. Siapa yang meminum airnya, sesungguhnya ia bukanlah termasuk pengikutku, dan siapa yang tidak meminumnya, kecuali menciduk seciduk dengan tangannya, dia adalah pengikutku.” Kemudian mereka meminumnya kecuali beberapa orang di antara mereka. Maka ketika Thalut dan orang-orang yang beriman bersamanya telah menyeberangi sungai itu, mereka berkata, ”Tak ada kesanggupan kami pada hari ini menghadapi Jalut dan tentaranya.” Orang-orang yang yakin bahwa mereka akan menemui Allah, berkata, “Berapa banyak terjadi, golongan yang sedikit mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Al-Baqarah/2:249)
Dalam konteks keindonesiaan, umat Islam bahu-membahu bersama seluruh komponen bangsa untuk meraih dan mengisi kemerdekaan, baik di bidang ekonomi, politik, sosial, ekonomi, dan budaya, serta pendidikan sedemikian rupa, baik sebagai politikus, negarawan, pegawai, pedagang, pemikir, mubaligh, dan lain-lain.
Di mana ada tantangan di situ semangat juang kaum muslimin semakin berkobar. Tantangan tersebut mengokohkan ikatan kaum muslimin tanpa membedakan latar belakang organisasi massa, politik, sosial dan kedaerahan. Demikian karakter orang-orang beriman sepanjang masa di mana pun mereka berada sebagaimana digambarkan Rasulullah saw dalam sabdanya, “Perumpamaan persaudaraan dan kesetiakawanan orang-orang beriman ialah seperti satu tubuh. Bila ada organ tubuh yang sakit, maka bagian tubuh yang lain ikut merasakan penderitaan.”[]