Rio de Janeiro, Gontornews — Pada tanggal 6 Agustus 2016, pertandingan basket perempuan di ajang Olimpiade 2016 akan digelar di Rio de Janeiro, Brasil. Ajang internasional ini dikuti 12 tim yang mewakili 12 negara dan merebutkan 12 medali emas.
Namun dua negara mayoritas Muslim (Turki dan Senegal) dipastikan tak mengirim atletnya karena aturan Feredasi Olahraga Basket Internasonal (FIBA) yang melarang atlet Muslimah berjilbab. Sesuai aturan FIBA Pasal 4.4.2 bahwa pemain tidak boleh memakai perlengkapan (benda-benda) yang dapat menyebabkan pemain lain cedera. Antara lain: tutup kepala, asesoris rambut dan perhiasan.
Larangan ini berlaku untuk semua permainan basket di liga dan turnamen di bawah FIBA meliputi liga profesional Amerika Serikat, Olimpiade, Piala Dunia FIBA, dan kontes regional seperti AfroBasket, EuroBasket dan turnamen FIBA Americas.
Akibatnya, tim perempuan Qatar di Asian Games Korea Selatan (2014) pernah kehilangan kesempatan berkompetisi karena menolak melepaskan jilbab. Bahkan Yuli Wulandari, wasit basket berlisensi internasiobal asal Indonesia terancam gagal memimpin kompetisi di ajang SEABA U-18 di Malaysia, September nanti.
Aturan inilah yang ditentang para atlet basket Muslimah dari sejumlah negara di antaranya dua atlet Muslimah asal Amerika Indira Kaljo dan Bilqis Abdul-Qaadir. Kedua perempuan ini memelopori penolakan aturan FIBA dengan menggalang dukungan tandatangan penolakan melalui media online change.org.
Langkah ini juga diikuti beberapa atlet dunia seperti Ki-Ke Rafiu (Nigeria) yang bermain basket di Georgetown University, Asma Elbadawi (United Kingdom), Ezdihar Abdulmula (UK), Merve Sapci (Turki), Noha Berhan (Swedia), dan Raabya Pasha (UK).
Termasuk atlet asal Indonesia Raisa Aribatul dan Yuli Wulandari yang ikut menggalang tandatangan untuk menolak aturan tersebut. Petisi Β tersebut membutuhkan dukungan sebanyak 50.000 tandatangan. Saat ini, petisi tersebut telah mendapat dukungan sebanyak 44.705 tandatangan.
βSahabat saya, Raisa Aribatul adalah salah satu pemain terbaik yang dimiliki Indonesia juga tidak bisa bermain di ajang pertandingan bola basket internasional, selain itu ada Bilqis Abdul Qadir dan Indira Kaljo yang tidak bisa bermain basket di luar negeri karena aturan ini,” tulisnya.
“Saya heran bahwa Muslimah tidak pantas berpartisipasi dalam olahraga karena alasan belum pernah melihat atlet Muslimah mengenakan jilbab di media,” terang Elbadawi dilansir laman muslimmatters.
Sejauh ini, FIBA belum mengeluarkan pernyataan resminya untuk merevisi atau menghapus aturan yang dinilai diskriminatif bagi atlet Muslimah itu. [Ahmad Muhajir/Rus]