Sydney, Gontornews — Perdana Menteri Australia, Scott Morisson, mendeklarasikan “human biosecurity emergency”, Rabu (18/3) guna memerangi penyebaran COVID-19. Pemerintah juga melarang warganya untuk bepergian ke luar negeri karena epidemi COVID-19.
Melalui deklarasi ini memberkan kewenangan bagi pemerintah untuk menutup kota atau daerah, memberlakukan jam malam. Ketetapan ini juga memungkinkan pemerintah untuk mengkarantina seseorang jika dianggap perlu.
“Kehidupan sedang berubah di Australia seperti halnya perubahan yang terjadi di seluruh dunia,” kata Morrison sebagaimana dilansir Reuters.
“Hidup akan terus berubah karena kita berurusan dengan virus korona global. Ini adalah jenis wabah yang terjadi dalam seratus tahun sekali,” imbuhnya.
Sejauh ini, Australia telah mengonfirmasi hampir 500 kasus COVID-19 dan enam kematian. Meski tidak tergolong tinggi, sejumlah pejabat mengkhawatirkan risiko peningkatan jumlah kasus yang masif. Negara bagian New South Wales (NSW) misalnya merupakan wilayah dengan lonjakan kasus COVID-19 tertinggi di Australia.
Morisson juga memberlakukan larangan ketat terhadap pertemuan yang melibatkan 100 orang selain sekolah, transportasi umum atau pusat perbelanjaan. Ia juga menghimbau warga agar tetap menjaga jarak sosial, menjaga kebersihan tangan serta membatasi akses ke panti jompo.
Morisson pun menegaskan bagi siapa saja warga yang bepergian saat ini, tidak akan menerima bantuan dari pemerintah andai terkena masalah. Setidaknya begitu yang dilansir dari situs resmi pemerintah SmartTraveller. Aplikasi ini juga sudah merekomendasikan agar orang-orang mempertimbangkan bepergian ke luar negeri.
Akibat pembatasan ini, sejumlah pengamat memprediksi dampak buruk di sektor pariwisata, ritel dan industri hiburan Australia. Alhasil, mereka memperkirakan Australia akan memasuki periode resesi pertamanya dalam tiga dekade terakhir pada paruh pertama 2020. Kondisi ini memungkinkan peningkatan angka pengangguran dalam negeri. [Mohamad Deny Irawan]