Jakarta, Gontornews — Relawan Indonesia untuk Palestina, Abdillah Onim, Selasa (21/11/2023), mengakui bahwa pihaknya masih tidak percaya tentang keberhasilan ia dan keluarganya selamat dari Gaza hingga akhirnya tiba di Indonesia. Salah satu persoalan mendasar yang ada di benak pria kelahiran Halmahera, Maluku Utara, saat ini yaitu soal pendidikan anak-anaknya di masa depan.
“Putra dan putri saya sekolah di sana. Lahirnya pun di sana, di Gaza. Kediaman kami juga di Gaza. Tapi dengan adanya pertempuran tersebut, kami terpaksa untuk keluar sementara waktu,” kata pria yang akrab disapa Bang Onim saat mengunjungi kantor Majalah Gontor di Jakarta, Selasa (21/11/2023).
“Saya harus memikirkan masa depan mereka karena kalau saya beraktivitas di lapangan dan tidak memikirkan masa depan anak-anak saya, itu hanya menjadi sebuah kezaliman saya (sebagai orang tua) kepada anak-anak saya,” sambungnya.
Bang Onim menambahkan, situasi terkini di Gaza semakin memprihatinkan. Ia bahkan tidak segan menyebut tindakan barbar yang dilakukan oleh penjajah Israel membuat situasi di Gaza semakin mencekam dan mengerikan.
Akibat peperangan itu pula, Bang Onim mengatakan bahwa situasi dan aktivitas pendidikan maupun belajar-mengajar dipastikan lumpuh hingga beberapa tahun ke depan. Pria yang aktif di Nusantara Palestina Center (NPC) itu beralasan banyak sekolah yang hancur, termasuk banyak guru dan murid yang meninggal dunia, akibat perang tersebut.
“Saya memprediksi bahwa dalam beberapa tahun ke depan, tidak ada aktivitas sekolah di sana,” ucap Bang Onim
“Sekolah sudah hancur, guru-guru banyak yang meninggal dunia, terutama banyak murid di sana yang meninggal,” lanjutnya.
Karenanya, setelah berhasil melewati wilayah perbatasan Rafah-Mesir, ia pun berharap dapat mendaftarkan putra dan putrinya agar bisa belajar ke Pondok Modern Darussalam Gontor. Tidak tanggung-tanggung, usai dari Gontor, pria kelahiran 44 tahun tersebut mendorong putrinya untuk melanjutkan studi di fakultas kedokteran di Universitas Al-Azhar Mesir.
“Mudah-mudahan, kalau putri saya belajarnya lancar, akan saya lanjutkan untuk berkuliah di Fakultas Kedokteran Al-Azhar Kairo,” ujarnya.
“Kalau tidak ada peperangan, setelah sekolah di Gaza akan melanjutkan sekolah di Fakultas Kedokteran Universitas Islam di Gaza. Tapi karena Universitas Islam Gaza sudah hancur, Universitas Islam Al-Azhar pun sudah hancur, maka (otomatis) tidak bisa melanjutkan sekolah di sana,” tutupnya. [Mohamad Deny Irawan]